➤ Apa itu passion ?
Passion adalah sesuatu hal yg kita tidak pernah merasa bosan untuk melakukannya, rela berkorban untuk mencapainya, berbuat ikhlas tanpa paksaan, tidak lagi memikirkan untung rugi, dan sesuatu itu sangat kita sukai sehingga tidak merasa lelah melakukannya.
Seseorang yg memiliki passion akan terus menerus berfikir untuk mewujudkan sesuatu yg menjadi impian dan dalam merealisasikannya tidak ada kata menyerah. Ia akan selalu melakukan yg terbaik untuk menghasilkan sebuah karya.
Apabila kita melakukan aktivitas pekerjaan dengan bahagia, bergairah, semangat, antusias, dan memiliki kreatifitas maka itu tandanya passion sudah merasuki jiwa kita. Pekerjaan pun tidak akan terasa berat jika kita melakukannya dengan ikhlas dan sesuai passion.
Berdasarkan pengalaman saya, passion di temukan setelah melalui berbagai macam rintangan, pengalaman hidup, aktivitas di berbagai bidang pekerjaan dan berpartisipasi dalam organisasi dakwah maupun sosial kemasyarakatan.
Sebelum menemukan pekerjaan yg benar-benar sesuai passion, posisi terakhir yg saya sandang yaitu sebagai part time trainer di LSM MPI. Meskipun saya senang bekerja di sini tetapi masih terasa ada yg kurang. Tidak ada nilai dakwahnya sama sekali karena dalam melakukan pendampingan tidak boleh menyampaikan sesuatu di luar materi. Direkturnya seorang Nasrani dan semua trainer dalam bekerja di awasi secara ketat.
Selesai kontrak kerja selama 3 tahun, kantor LSM MPI pindah ke jalan Kaliurang. Pak Totok selaku direktur menawarkan perpanjangan kontrak tetapi saya tolak karena masalah jarak kantor yg terlalu jauh dari rumah.
Jadilah saya waktu itu seorang "pengacara" alias pengangguran banyak acara. Saya aktif di beberapa organisasi dakwah dan sosial kemasyarakatan. Sering di minta mengisi kegiatan out bound remaja masjid, mendampingi beberapa kelompok pemberdayaan wanita serta aktif di struktur kepengurusan sebuah partai dakwah (PKS).
Melatih sulam pita di Karang Taruna
Bersama pengurus RISMA Nur Rohman
Bersama ibu-ibu muda KRIDA MANDIRI
Mengisi Out bound anak-anak TPA
Untuk mengisi waktu luang ketika berada di rumah, saya belajar beberapa keterampilan berupa sulam pita, bros alklirik, bunga dari bahan limbah dan merangkai hantaran pernikahan. Saya pun kembali menekuni dunia pernak pernik kerajinan tangan dan sering dapat order merangkai hantaran pengantin. Pokoknya tiada hari tanpa aktivitas produktif.
Ada teman PKS mengajak gabung untuk merintis lembaga keuangan BMT. "Mbak Tris jurusan akuntansi tho. Ayo kita merintis BMT di Banguntapan", katanya. "Maaf pak, saya gak minat terjun di lembaga keuangan, banyak pusingnya", jawab saya waktu itu.
Pada saat acara pengajian pekanan, saya di ajak bercakap-cakap oleh bu Yatmi salah satu pengurus Yayasan Kholid Bin Walid. Beliau berkata,"Dik tolong aku di carikan orang yg mau mengajar di Kelompok Bermain". Saya tanya,"syaratnya apa bu?". "Minimal SMA", jawab Bu Yatmi.
Mendengar hal itu saya langsung teringat komentar keponakan yg memandang bahwa saya "kurang gemati" sama anak kecil. Dia berpandangan seperti itu karena ketika dia kecil jarang saya asuh. Waktu itu saya memang lagi aktif-aktifnya berpetualang sehingga jarang ngajak keponakan bermain.
Tanpa pikir panjang saya menjawab,"Saya aja gimana bu?". "Ha..ha..tenane? Telaten po ngrumat cah cilik?, bola-bali kerjo wae ora krasan kok," jawab Bu Yatmi ragu. "Saya coba dulu buu..Bismillah siapa tahu njing nek kulo ngajar terus ketularan gadah momongan", jawab saya sekenanya. "Yoh wis esuk-esuk langsung mangkat yo nemoni bu Fajar kepala sekolahe", kata Bu Yatmi. "Siap bu..bawa surat lamaran sama apa?", tanya saya. "Ora usah, langsung mangkat wae", kata Bu Yatmi.
Esoknya saya datang ke lokasi PAUD IT Ar Raihan Piyungan. Kesan pertama melihat lokasi sekolah yg punya lahan luas dan berada di area persawahan langsung tertarik. Apalagi di belakang gedung ada aliran sungai sehingga terkesan sangat alami sekali. Saya suka lokasinya dan langsung membayangkan seandainya lahan seluas ini di setting jadi arena out bound pasti mengasyikkan buat anak-anak.
Akhirnya saya ambil kesempatan untuk menjadi pendidik di kelas Kelompok Bermain. Satu bulan berjalan saya merasakan enjoy, apalagi kalau menghadapi anak-anak yg tingkah lakunya lucu dan menggemaskan.
Selama 1 semester saya hanya membantu wali kelas mengerjakan administrasi sambil mengamati kegiatan belajar mengajar dan mempelajari materi yg disampaikan.
Semester ke 2 saya minta ke wali kelas untuk belajar tampil di depan menyampaikan materi IMTAQ. Awalnya masih grogi tapi lama kelamaan karena sudah terbiasa ya semakin lancar. Saya ternyata sangat menikmati aktivitas mengajar hingga tidak terasa waktu itu sudah berjalan 2 tahun.
Saat itu saya juga mengajar ekstrakurikuler keterampilan di MTS Negeri Piyungan. Awal mulanya saya bertemu dengan salah satu guru MTS N Piyungan (Bu Diana) ketika saya mengisi pelatihan sulam pita ibu-ibu PKK Kelurahan Banguntapan yg selanjutnya berlanjut di tawari menjadi guru ekstra di MTS. Karena waktunya siang selesai KBM di PAUD IT Ar Raihan maka tawaran saya terima.
Ketika bapak tahu saya mengajar di PAUD, beliau berkomentar,"ora duwe ilmu mendidik kok yo ngajar". "Walah.. gampang pak..njing saget kuliah S1 PAUD", jawab saya mantap.
Bersama bapak & saudara
Ada teman yg punya usaha membuat kue dan berkembang pesat menawarkan pekerjaan. Dia tanya,"Tris gajimu ngajar di PAUD berapa sich?". Saya jawab,"yg saya terima tunai tiap bulan masih jauh di bawah UMR, tapi besok yg akan saya terima di akhirat Insya Allah jutaan". "Serius kie, pindah tempatku wae, bantu aku mengelola usahaku. Aku berani kasih gaji di atas UMR. "Waduh maaf, aku dah merasa nyaman ngajar di PAUD. Niatku kerja buat cari bekal amal jariyah. Kalau urusan uang Alhamdulillah pemberian suami dah cukup", jawab saya.
Suami juga mendukung saya terjun di bidang pendidikan karena komitmen awal ketika akan menikah, saya memang mengajukan syarat bahwa apapun aktifitas saya harus didukung dan beliau pun menyanggupi. Itu sering saya pakai buat senjata ketika ada hal-hal terkait aktivitas saya yg kurang mendapat dukungan..he..he
Selama 4 thn mengajar, suami belum memberi ijin kuliah karena masih diminta fokus terapy kehamilan. Baru menginjak tahun ke 5 saya diperbolehkan kuliah ambil S1 PAUD UT. Karena bidang pendidikan adalah hal baru bagi saya maka harus berupaya keras memahami materi-materi mata kuliah yg ada.
Never Stop Learning
Baru 1 tahun menjalani kuliah, Yayasan mengadakan pergantian kepala sekolah. Dari hasil musyawarah dan voting suara guru, akhirnya saya yg dapat amanah menjadi kepala sekolah baru sehingga data pindah dari Kelompok Bermain ke program layanan TK.
Amanah tersebut saya rasa sangat berat karena saya masih dalam tahap awal menekuni bidang pendidikan. Saya berusaha menolak dengan alasan karena baru tahap belajar dan mengusulkan untuk dilimpahkan ke guru yg lebih dulu mengajar. Apalagi ada 3 guru yg sudah punya pengalaman lebih dari 10 tahun.
Tapi keputusan pengurus yayasan tidak bisa berubah. Ya sudah dengan niat Bismillah akhirnya saya jalani saja apa yg sudah menjadi keputusan yayasan.
Di awal menjalankan amanah sebagai kepala sekolah, sudah dihadapkan dengan hal-hal baru terkait kebijakan dari dinas. Semua pendataan terkait lembaga mulai di jalankan pakai aplikasi on line sehingga mau tidak mau saya harus menguasai itu.
Saya juga harus belajar tentang manajemen lembaga pendidikan karena di minta yayasan untuk memperbaiki sistem manajemen sekolah. Masih di tambah amanah lagi jadi bendahara 2 Yayasan. Makin lengkaplah beban kerja yg di amanahkan ke pundak saya.
Kondisi tersebut telah menuntut saya untuk menjadi seorang pembelajar cepat karena kalau terkait kebijakan dinas harus segera di respon.
Dalam menekuni bidang PAUD ini saya jalankan dengan totalitas sehingga ketika di minta menjadi pengurus di organisasi profesi pun saya terima.
Saya merasakan bahwa berkiprah di lembaga PAUD Islam Terpadu itulah passion saya. Saya terlanjur cinta di sana. Apalagi saat tahu rencana program yayasan ke depan yg akan mengembangkan sayap merintis SDIT dan SMPIT membuat saya makin mantap ikut berjuang di bawah naungan Yayasan Kholid Bin Walid.
Setelah dapat materi kuliah PAUD, saya pun makin mengenal potensi diri bahkan baru menyadari bahwa ternyata kecerdasan kinestetik dan interpersonal lah yg menonjol pada diri saya. Dua kecerdasan tersebut sangat mendukung saya dalam mengemban amanah menjadi kepala sekolah. Sementara kecerdasan numerik yg berhubungan dengan angka-angka memang sangat kurang.
Suami yg berlatar belakang bidang wirausaha dan kurang begitu paham dunia PAUD mulai mengkritisi beban kerja saya selaku kepala sekolah. Hal ini yg kadang menimbulkan miskomunikasi, tapi ketika diingatkan komitmen ketika akan menikah, akhirnya suami yg selalu mengalah dan hanya kasih nasehat apapun kesibukan saya jangan pernah putus asa untuk selalu berikhtiar menjalani terapy kehamilan.
Bersama suami yg sangat pengertian
Waktu pun terus berjalan hingga tak terasa kiprah saya di PAUD sudah hampir 8 tahun, sementara usia pernikahan kami sudah mencapai 14 tahun dan belum juga mendapatkan momongan. Sebuah penantian panjang yg kami tidak tahu sampai kapan ujungnya.
Pernah menyampaikan pesan ke suami seandainya benar-benar ingin punya anak saya persilahkan untuk menikah lagi". "Aku gak sanggup kalau harus poligami, takut dosa ketika tidak bisa bersikap adil", jawab suami. "Jika alasannya hanya itu, seandainya perceraian merupakan jalan terbaik saya pun siap menjalani," jawab saya. "Wes..parah.. parah, mbok rasah ngomong macem-macem nok denok, suka duka di lakoni bersama," jawab suami.
Beberapa waktu lalu di tanya oleh salah satu pengurus yayasan,"kuliah S1 PAUD nya dah selesai belum?". "Masih 2 semester lagi, kenapa pak?", tanya saya. "Nek wis rampung siap-siap lanjut S2 nya yo karena ke depan kalau kita sudah punya SDIT dan SMPIT di tuntut bisa mengelola lembaga dengan lebih baik. Besok kalau sudah pensiun jadi guru bisa full mengelola yayasan", jawab beliau. "Siap pak, asal dapat beasiswa dari yayasan..he..he..", jawab saya sambil membayangkan tantangan ke depan.
Begitulah penggalan sejarah hidup saya, semua pengalaman telah membentuk pribadi saya menjadi orang yg mudah menerima kenyataan, mudah berlapang dada, tetapi tak mudah menyerah.
Saya masih harus belajar untuk senantiasa berprasangka baik pada Allah, apapun kondisi yg saya alami maka pastilah itu yg terbaik. Semoga kiprah saya di bidang dakwah pendidikan ini kelak menjadi jalan menuju surgaNya.
Aamiin..aamiin..aamiin YRA @trismiati
THE END
Bersama pengurus JSIT DIY DIVISI PAUD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar