Jangan Biarkan Anak Bermain Petasan

Setiap memasuki bulan Ramadhan, selalu diwarnai dengan aksi menyalakan petasan atau mercon oleh warga masyarakat terutama para remaja.

Suara duar duer duornya yang cukup memekakkan telinga pada waktu pagi usai sholat subuh itu selalu terdengar dari rumah hampir setiap hari.

Meskipun sudah banyak memakan korban akibat ledakan petasan, hal itu tidak membuat mereka jera. Bahkan semakin banyak saja kelompok remaja yang setiap pagi menyalakan petasan di jalanan.

Penjual petasan di pinggir-pinggir jalan pun kini juga semakin menjamur. Mereka hanya berpikir bagaimana caranya dapat untung tanpa peduli bahwa dagangan yang dijual menimbulkan mudarat bagi pembeli.

Yaa..petasan rasanya sudah menjadi budaya di tengah masyarakat kita dan itu sudah di anggap lumrah seperti halnya merokok. Mereka tahu bahayanya bagi kesehatan tetapi tetap saja menikmatinya.

Biasanya orang akan tersadarkan setelah salah satu anggota keluarganya menjadi korban luka bakar petasan.

Seperti pengalaman tahun lalu, penulis punya seorang kawan yang punya anak usia kelas 3 SD. Dia sering membiarkan anak lelakinya bermain petasan bersama teman-temannya.

Naas bagi anak tersebut, jemari tangannya terkena ledakan petasan sewaktu akan memeriksa petasan yang beberapa menit sudah dinyalakan tetapi belum juga meledak.

Begitu dipegang, meledaklah petasan dalam posisi masih ditangan sehingga menimbulkan luka bakar amat serius dan langsung dibawa ke rumah sakit.

Akhirnya orang tualah yang menanggung pengobatan dengan biaya yang tidak sedikit.

Kabarnya setelah kejadian itu, anak tersebut berubah menjadi pendiam dan merasa tidak percaya diri lagi akibat 3 jarinya telah hilang di amputasi.

Kalau sudah begitu, siapa yang patut disalahkan? Penyelasan juga sudah tiada guna. Jemari anak itu tidak bisa dipulihkan seperti sedia kala.

Peristiwa tersebut sebaiknya kita jadikan pelajaran agar kita dapat menghindarkan anak-anak dan anggota keluarga lain dari bermain petasan.

Anak-anak sejak usia dini perlu sekali diberi penjelasan akibat bahaya petasan yang ditimbulkan meskipun hanya sekedar menonton.

Selain menghambur-hamburkan uang, petasan juga menimbulkan polusi suara, bikin kotor lingkungan dan dapat terkena resiko luka bakar.

Bagi orang tua yang mempunyai anak usia dini, moment Ramadhan seperti ini sebaiknya meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan ketat kemana anak pergi bermain.


Jangan biarkan anak-anak mendekati gerombolan remaja yang sedang menyalakan petasan. 


Mengapa?

Berikut penulis sampaikan beberapa alasannya:

➤ Anak usia dini punya sifat imitatif  atau suka meniru apa yang dilakukan orang-orang disekitarnya tanpa mengetahui dampak buruk bagi dirinya.


Awalnya anak mungkin hanya melihat dan mengamati aktifitas para remaja ketika menyalakan petasan. 


Tetapi lain waktu anak pasti akan penasaran dan ingin mencobanya sehingga merengek-rengek ke orang tuanya untuk dibelikan petasan.


Jika orang tua kurang paham tentang pendidikan anak maka tanpa pikir panjang pasti akan menuruti kemauan si anak dengan membelikan petasan ukuran kecil yang dirasa punya daya ledak rendah dan aman bagi anak.


Saat itulah anak merasa menang karena mendapatkan dukungan orang tuanya. 
Semakin bertambah usia si anak, pasti keinginannya juga semakin meningkat. 

Tidak hanya sekedar merengek dan menangis, tetapi disertai amukan yang membuat orang tua kewalahan untuk mengendalikan.


Anak seperti itu akan tumbuh menjadi remaja dengan karakter susah diatur, egois, suka membangkang, suka menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak bermanfaat, cuek dengan lingkungan dan kurang bertanggung jawab.


➤ Dapat mendatangkan bahaya pada diri anak

Hampir dipastikan para remaja yang menyalakan petasan biasanya tidak sendirian melainkan secara berkelompok. 


Remaja dari sisi emosionalnya masih sangat labil. Bisa saja terjadi ketika mereka ada masalah dengan kelompok remaja lain akhirnya berlanjut ke tawuran saling melempar petasan.

Situasi seperti itu sangat berbahaya bagi anak kecil yang berada di lokasi tawuran. Seorang anak yang niatnya hanya menonton justru tidak sengaja terkena lemparan petasan.

Petasan memang tidak hanya berbahaya bagi orang yang menyalakan tetapi juga dapat membahayakan keselamatan orang lain disekitarnya.

Maka kewajiban orang tualah mengawasi dan menjaga anak dari hal-hal yang dapat mendatangkan petaka. Motivasilah anak-anak agar melakukan kegiatan positif dan jauhkan mereka dari lingkungan yang tidak baik.

Kalau bukan ayah bundanya yang peduli..lalu kepada siapa anak mendapatkan arahan yang baik bagi dirinya?. Sementara lingkungan pergaulan remaja saat ini sebagian besar sudah melewati ambang batas kenakalannya.@trismiati

Jangan biarkan anak-anak membeli petasan


Apa yang bisa diharapkan dari generasi muda semacam ini?


Salah satu korban ledakan petasan
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar