Membuat Anak Gila Membaca

Buku adalah jendela dunia dan untuk membukanya hanya dengan satu cara yaitu dengan membaca. Buku juga di sebut sebagai gudang ilmu karena di dalamnya mengandung banyak informasi dan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.

Gemar membaca harus di tumbuhkan pada semua kalangan masyarakat terlebih lagi anak-anak. Kenapa ? Karena melalui aktifitas membaca akan membuat otak kita aktif bekerja, terhindar dari kebodohan, dan tentunya mendapatkan banyak ilmu pengetahuan.

Sumber ilmu memang tidak hanya dari buku tetapi bisa juga melalui media internet, televisi, radio, maupun narasumber. Tetapi bagi anak-anak sebaiknya menggunakan media buku cetak untuk menumbuhkan gemar membaca karena salah satu kelebihan buku cetak adalah mata tidak cepat lelah.

Menumbuhkan sikap gemar membaca paling efektif dimulai sejak anak usia dini. Ada beberapa cara yang bisa di lakukan orang tua di rumah agar anak gemar membaca buku, yaitu:

➤ Kenalkan pada anak buku-buku bergambar yang menarik

Orang tua perlu menyediakan buku bagi anak. Jangan pelit mengalokasikan anggaran untuk membeli buku. Buat perpustakaan kecil di ruang keluarga dan sediakan buku-buku cerita bergambar yang menarik bagi anak.

Untuk anak usia di bawah 2 tahun sangat tepat di belikan buku bantal yang terbuat dari kain. Biarkan anak memegang, melihat gambar dan beri penjelasan tentang gambar-gambar yang ada di buku bantal.

Usia 2 - 4 tahun belikan buku cerita dengan halaman kertas yang tebal semacam buku hallo balita. Model buku seperti ini jika di bolak balik anak tidak cepat rusak.
➤Meluangkan waktu bagi anak untuk bermain dengan buku

Sesibuk apapun orang tua, sangat penting meluangkan waktunya untuk mendampingi anak bermain dan melihat-lihat buku sambil membacakan isinya.

Selain menumbuhkan keakraban, aktifitas ini juga dapat menstimulasi bahasa anak dan dapat mendekatkan anak pada buku.


➤Beri teladan pada anak

Salah satu karakter anak usia dini adalah imitatif atau suka meniru. Orang tua harus memberikan teladan langsung pada anak dengan cara melakukan aktifitas membaca. 

Anak merupakan cermin orang tuanya. Jika anak suka nonton tv maka bisa dipastikan orang tuanya pun juga gemar nonton tv.

Jika anak sering melihat orang-orang di sekitarnya membaca buku maka ia pun akan menirunya.

➤ Beri penghargaan hadiah berupa buku

Pada saat moment tertentu misalnya anak sudah bisa menghafal surat pendek, pada saat ulang tahun, dan sebagainya berikan penghargaan hadiah berupa buku cerita. Ini akan memotivasi anak agar tambah semangat untuk gemar membaca buku.

➤ Bawalah buku di saat bepergian

Jika orang tua mengajak anak bepergian entah itu rekreasi atau ke acara yang lain jangan lupa bawakan beberapa buku cerita sehingga ketika ada waktu luang di sela-sela acara, anak dapat melihat-lihat buku.

Demikian beberapa kiat menjadikan anak gila membaca buku, semoga bermanfaat.@trismiati





Yang Terlupakan Dari Sosok Kartini

Bagi bangsa Indonesia, tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Sebagian masyarakat kita, peringatan hari Kartini di isi dengan berbagai macam kegiatan seperti lomba peragaan busana, lomba masak, pawai, pentas seni, dan sebagainya. Hari Kartini juga identik dengan memakai pakaian kebaya atau baju adat.

Tidak salah merayakan hari Kartini dengan berbagai macam kegiatan seperti di atas, tetapi jika hanya sekedar itu yang dilakukan maka kita tidak akan pernah tahu nilai-nilai perjuangan seperti apa yang telah Kartini sumbangkan untuk kemajuan negeri ini khususnya bagi kaum wanita.

Di instansi perkantoran dan lingkungan sekolah pun dari tahun ke tahun juga terjebak dalam kegiatan seremonial belaka tanpa menyentuh aspek substansi dari sosok Kartini dalam hal pemikiran dan tindakan. 

Jika hal ini dibiarkan maka anak-anak sekolah hanya sekedar tahu bahwa Kartini merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia tanpa mampu mengambil hikmah di balik perjuangannya.

Bagaimana Memaknai Hari Kartini ?

Pendidik maupun orang tua berperan sangat penting untuk menjelaskan pada anak-anak tentang makna peringatan hari Kartini dan hikmah apa yang bisa di ambil.

Anak perlu di beri penjelasan tentang semangat dan perjuangan Kartini dalam memajukan kaum wanita Indonesia. Selain itu juga perlu mengetahui sikap dan karakter seperti apa yang ada pada sosok seorang Kartini sehingga beliau mampu menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah cita-cita besar.

Penulis mencoba merangkum beberapa sikap dan karakter yang ada pada sosok Kartini melalui catatan biografinya. Sikap dan karakter itulah yang seharusnya di jadikan teladan sehingga kita mampu mengaplikasikan semangat Kartini di dalam kehidupan jaman sekarang.

Beberapa sikap dan karakter tersebut adalah:

Mempunyai daya baca tinggi

Kartini hidup di jaman yang menganut tradisi Jawa di mana waktu itu seorang perempuan harus tinggal di rumah untuk dipingit. Kondisi tersebut tidak membuat Kartini berpikiran sempit. Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah kebudayaan Eropa yang menjadi langganannya sehingga memiliki pengetahuan sangat luas tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kartini memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita dengan melihat perbandingan antara wanita Eropa dan wanita pribumi.

Suka menulis

Meskipun berada di rumah, Kartini aktif  berkorespondensi atau surat menyurat dengan temannya yang berada di Belanda. Surat-surat yang di tulis lebih banyak berupa keluhan mengenai kondisi wanita pribumi yang terbelenggu oleh budaya Jawa yang ketika itu lebih banyak menghambat kemajuan. 


Kartini menuliskan penderitaan wanita di Jawa yang harus mengikuti adat seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntut ilmu atau belajar, serta adanya peraturan yang mengekang kebebasan wanita.

Berpikir kritis


Berawal dari suka membaca dan menulis itulah akhirnya Kartini mulai berpikir untuk berusaha memajukan wanita pribumi sebab dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu. 


Cita-cita luhur Kartini adalah ingin melihat wanita pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar tentang apa saja sehingga memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas.

Berpikir kritis juga di tunjukkan Kartini dalam bidang agama, misalnya beliau mempertanyakan mengapa laki-laki dapat berpoligami, dan mengapa kitab suci itu harus dibaca dan dihafal tanpa perlu kewajiban untuk memahaminya.


Bekerja keras

Selain ide, pemikiran, dan cita-cita besar untuk memajukan kaum wanita,  Kartini  juga seorang pekerja keras. Beliau tidak hanya sekedar talk only no action (bicara saja tidak ada tindakan), tetapi mewujudkannya dengan mendirikan sekolah wanita pertama yang berdiri di sebelah kantor pemerintahan Kabupaten Rembang.

Itulah beberapa sikap dan karakter Kartini yang bisa kita jadikan tauladan. Di saat kondisi bangsa yang semakin terpuruk akibat adanya krisis multidimensi ini maka sangat butuh Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki sikap dan karakter seperti Kartini. 

Seharusnya kita sangat prihatin dengan kondisi sebagian masyarakat Indonesia sekarang yang daya membacanya rendah sehingga terbelenggu dengan kebodohan. Salah satu akibat jika kita bodoh adalah akan mudah di peralat dan di jajah bangsa lain. 

Maka dengan adanya momen hari Kartini ini, marilah kita memaknainya tidak sebatas seremonial belaka tetapi mampu meniru apa yang sudah di lakukan Kartini demi kemajuan bangsa kita ke depan.@trismiati














Cintaku Terpaut Di PAUD (episode 5 - TAMAT)

Seseorang yg mudah stress dan mengalami kebosanan dalam beraktivitas bisa jadi karena belum menemukan passion dalam dirinya. Passion harus dicari melalui proses panjang, berliku, penuh suka duka, banyak rintangan, dan butuh komitmen. 

➤ Apa itu passion ?

Passion adalah sesuatu hal yg kita tidak pernah merasa bosan untuk melakukannya, rela berkorban untuk mencapainya, berbuat ikhlas tanpa paksaan, tidak lagi memikirkan untung rugi, dan sesuatu itu sangat kita sukai sehingga tidak merasa lelah melakukannya.

Seseorang yg memiliki passion akan terus menerus berfikir untuk mewujudkan sesuatu yg menjadi impian dan dalam merealisasikannya tidak ada kata menyerah. Ia akan selalu melakukan yg terbaik untuk menghasilkan sebuah karya. 

Apabila kita melakukan aktivitas pekerjaan dengan bahagia, bergairah, semangat, antusias, dan memiliki kreatifitas maka itu tandanya passion sudah merasuki jiwa kita. Pekerjaan pun tidak akan terasa berat jika kita melakukannya dengan ikhlas dan sesuai passion.

Berdasarkan pengalaman saya, passion di temukan setelah melalui berbagai macam rintangan, pengalaman hidup, aktivitas di berbagai bidang pekerjaan dan berpartisipasi dalam organisasi dakwah maupun sosial kemasyarakatan.

Sebelum menemukan pekerjaan yg benar-benar sesuai passion, posisi terakhir yg saya sandang yaitu sebagai part time trainer di LSM MPI. Meskipun saya senang bekerja di sini tetapi masih terasa ada yg kurang. Tidak ada nilai dakwahnya sama sekali karena dalam melakukan pendampingan tidak boleh menyampaikan sesuatu di luar materi. Direkturnya seorang Nasrani dan semua trainer dalam bekerja di awasi secara ketat.

Selesai kontrak kerja selama 3 tahun, kantor LSM MPI pindah ke jalan Kaliurang. Pak Totok selaku direktur menawarkan perpanjangan kontrak tetapi saya tolak karena masalah jarak kantor yg terlalu jauh dari rumah.

Jadilah saya waktu itu seorang "pengacara" alias pengangguran banyak acara. Saya aktif di beberapa organisasi dakwah dan sosial kemasyarakatan. Sering di minta mengisi kegiatan out bound remaja masjid, mendampingi beberapa kelompok pemberdayaan wanita serta aktif di struktur kepengurusan sebuah partai dakwah (PKS).


Melatih sulam pita di  Karang Taruna

Bersama pengurus RISMA Nur Rohman 

Bersama ibu-ibu muda KRIDA MANDIRI

Mengisi Out bound anak-anak TPA


Berkiprah di Partai Dakwah

Untuk mengisi waktu luang ketika berada di rumah, saya belajar beberapa keterampilan berupa sulam pita, bros alklirik, bunga dari bahan limbah dan merangkai hantaran pernikahan. Saya pun kembali menekuni dunia pernak pernik kerajinan tangan dan sering dapat order merangkai hantaran pengantin. Pokoknya tiada hari tanpa aktivitas produktif.

Ada teman PKS mengajak gabung untuk merintis lembaga keuangan BMT. "Mbak Tris jurusan akuntansi tho. Ayo kita merintis BMT di Banguntapan", katanya. "Maaf pak, saya gak minat terjun di lembaga keuangan, banyak pusingnya", jawab saya waktu itu.

Pada saat acara pengajian pekanan, saya di ajak bercakap-cakap oleh bu Yatmi salah satu pengurus Yayasan Kholid Bin Walid. Beliau berkata,"Dik tolong aku di carikan orang yg mau mengajar di Kelompok Bermain". Saya tanya,"syaratnya apa bu?". "Minimal SMA", jawab Bu Yatmi. 

Mendengar hal itu saya langsung teringat komentar keponakan yg memandang bahwa saya "kurang gemati" sama anak kecil. Dia berpandangan seperti itu karena ketika dia kecil jarang saya asuh. Waktu itu saya memang lagi aktif-aktifnya berpetualang sehingga jarang ngajak keponakan bermain.

Tanpa pikir panjang saya menjawab,"Saya aja gimana bu?". "Ha..ha..tenane? Telaten po ngrumat cah cilik?, bola-bali kerjo wae ora krasan kok," jawab Bu Yatmi ragu. "Saya coba dulu buu..Bismillah siapa tahu njing nek kulo ngajar terus ketularan gadah momongan", jawab saya sekenanya. "Yoh wis esuk-esuk langsung mangkat yo nemoni bu Fajar kepala sekolahe", kata Bu Yatmi. "Siap bu..bawa surat lamaran sama apa?", tanya saya. "Ora usah, langsung mangkat wae", kata Bu Yatmi.

Esoknya saya datang ke lokasi PAUD IT Ar Raihan Piyungan. Kesan pertama melihat lokasi sekolah yg punya lahan luas dan berada di area persawahan langsung tertarik. Apalagi di belakang gedung ada aliran sungai sehingga terkesan sangat alami sekali. Saya suka lokasinya dan langsung membayangkan seandainya lahan seluas ini di setting jadi arena out bound pasti mengasyikkan buat anak-anak.

Akhirnya saya ambil kesempatan untuk menjadi pendidik di kelas Kelompok Bermain. Satu bulan berjalan saya merasakan enjoy, apalagi kalau menghadapi anak-anak yg tingkah lakunya lucu dan menggemaskan. 

Selama 1 semester saya hanya membantu wali kelas mengerjakan administrasi sambil mengamati kegiatan belajar mengajar dan mempelajari materi yg disampaikan.

Semester ke 2 saya minta ke wali kelas untuk belajar tampil di depan menyampaikan materi IMTAQ. Awalnya masih grogi tapi lama kelamaan karena sudah terbiasa ya semakin lancar. Saya ternyata sangat menikmati aktivitas mengajar hingga tidak terasa waktu itu sudah berjalan 2 tahun.

Saat itu saya juga mengajar ekstrakurikuler keterampilan di MTS Negeri Piyungan. Awal mulanya saya bertemu dengan salah satu guru MTS N Piyungan (Bu Diana) ketika saya mengisi pelatihan sulam pita ibu-ibu PKK Kelurahan Banguntapan yg selanjutnya berlanjut di tawari menjadi guru ekstra di MTS. Karena waktunya siang selesai KBM di PAUD IT Ar Raihan maka tawaran saya terima.

Ketika bapak tahu saya mengajar di PAUD, beliau berkomentar,"ora duwe ilmu mendidik kok yo ngajar". "Walah.. gampang pak..njing saget kuliah S1 PAUD", jawab saya mantap.


Bersama bapak & saudara

Ada teman yg punya usaha membuat kue dan berkembang pesat menawarkan pekerjaan. Dia tanya,"Tris gajimu ngajar di PAUD berapa sich?". Saya jawab,"yg saya terima tunai tiap bulan masih jauh di bawah UMR, tapi besok yg akan saya terima di akhirat Insya Allah jutaan". "Serius kie, pindah tempatku wae, bantu aku mengelola usahaku. Aku berani kasih gaji di atas UMR. "Waduh maaf, aku dah merasa nyaman ngajar di PAUD. Niatku kerja buat cari bekal amal jariyah. Kalau urusan uang Alhamdulillah pemberian suami dah cukup", jawab saya. 

Suami juga mendukung saya terjun di bidang pendidikan karena komitmen awal ketika akan menikah, saya memang mengajukan syarat bahwa apapun aktifitas saya harus didukung dan beliau pun menyanggupi. Itu sering saya pakai buat senjata ketika ada hal-hal terkait aktivitas saya yg kurang mendapat dukungan..he..he

Selama 4 thn mengajar, suami belum memberi ijin kuliah karena masih diminta fokus terapy kehamilan. Baru menginjak tahun ke 5  saya diperbolehkan kuliah ambil S1 PAUD UT. Karena bidang pendidikan adalah hal baru bagi saya maka harus berupaya keras memahami materi-materi mata kuliah yg ada.


Never Stop Learning

Baru 1 tahun menjalani kuliah, Yayasan mengadakan pergantian kepala sekolah. Dari hasil musyawarah dan voting suara guru, akhirnya saya yg dapat amanah menjadi kepala sekolah baru sehingga data pindah dari Kelompok Bermain ke program layanan TK.

Amanah tersebut saya rasa sangat berat karena saya masih dalam tahap awal menekuni bidang pendidikan. Saya berusaha menolak dengan alasan karena baru tahap belajar dan mengusulkan untuk dilimpahkan ke guru yg lebih dulu mengajar. Apalagi ada 3 guru yg sudah punya pengalaman lebih dari 10 tahun. 

Tapi keputusan pengurus yayasan tidak bisa berubah. Ya sudah dengan niat Bismillah akhirnya saya jalani saja apa yg sudah menjadi keputusan yayasan.

Di awal menjalankan amanah sebagai kepala sekolah, sudah dihadapkan dengan hal-hal baru terkait kebijakan dari dinas. Semua pendataan terkait lembaga mulai di jalankan pakai aplikasi on line sehingga mau tidak mau saya harus menguasai itu. 

Saya juga harus belajar tentang manajemen lembaga pendidikan karena di minta yayasan untuk memperbaiki sistem manajemen sekolah. Masih di tambah amanah lagi jadi bendahara 2 Yayasan. Makin lengkaplah beban kerja yg di amanahkan ke pundak saya.

Kondisi tersebut telah menuntut saya untuk menjadi seorang pembelajar cepat karena kalau terkait kebijakan dinas harus segera di respon. 

Dalam menekuni bidang PAUD ini saya jalankan dengan totalitas sehingga ketika di minta menjadi pengurus di organisasi profesi pun saya terima. 

Saya merasakan bahwa berkiprah di lembaga PAUD Islam Terpadu itulah passion saya. Saya terlanjur cinta di sana. Apalagi saat tahu rencana program yayasan ke depan yg akan mengembangkan sayap merintis SDIT dan SMPIT membuat saya makin mantap ikut berjuang di bawah naungan Yayasan Kholid Bin Walid. 

Setelah dapat materi kuliah PAUD, saya pun makin mengenal potensi diri bahkan baru menyadari bahwa ternyata kecerdasan kinestetik dan interpersonal lah yg menonjol pada diri saya. Dua kecerdasan tersebut sangat mendukung saya dalam mengemban amanah menjadi kepala sekolah. Sementara kecerdasan numerik yg berhubungan dengan angka-angka memang sangat kurang. 


Suami yg berlatar belakang bidang wirausaha dan kurang begitu paham dunia PAUD mulai mengkritisi beban kerja saya selaku kepala sekolah. Hal ini yg kadang menimbulkan miskomunikasi, tapi ketika diingatkan komitmen ketika akan menikah, akhirnya suami yg selalu mengalah dan hanya kasih nasehat apapun kesibukan saya jangan pernah putus asa untuk selalu berikhtiar menjalani terapy kehamilan.
Bersama suami yg sangat pengertian

Waktu pun terus berjalan hingga tak terasa kiprah saya di PAUD sudah hampir 8 tahun, sementara usia pernikahan kami sudah mencapai 14 tahun dan belum juga mendapatkan  momongan. Sebuah penantian panjang yg kami tidak tahu sampai kapan ujungnya.

Pernah menyampaikan pesan ke suami seandainya benar-benar ingin punya anak saya persilahkan untuk menikah lagi". "Aku gak sanggup kalau harus poligami, takut dosa ketika tidak bisa bersikap adil", jawab suami. "Jika alasannya hanya itu, seandainya perceraian merupakan jalan terbaik saya pun siap menjalani," jawab saya. "Wes..parah.. parah, mbok rasah ngomong macem-macem nok denok, suka duka di lakoni bersama," jawab suami.

Beberapa waktu lalu di tanya oleh salah satu pengurus yayasan,"kuliah S1 PAUD nya dah selesai belum?". "Masih 2 semester lagi, kenapa pak?", tanya saya. "Nek wis rampung siap-siap lanjut S2 nya yo karena ke depan kalau kita sudah punya SDIT dan SMPIT di tuntut bisa mengelola lembaga dengan lebih baik. Besok kalau sudah pensiun jadi guru bisa full mengelola yayasan", jawab beliau. "Siap pak, asal dapat beasiswa dari yayasan..he..he..", jawab saya sambil membayangkan tantangan ke depan.

Begitulah penggalan sejarah hidup saya, semua pengalaman telah membentuk pribadi saya menjadi orang yg mudah menerima kenyataan, mudah berlapang dada, tetapi tak mudah menyerah. 

Saya masih harus belajar untuk senantiasa berprasangka baik pada Allah, apapun kondisi yg saya alami maka pastilah itu yg terbaik. Semoga kiprah saya di bidang dakwah pendidikan ini kelak menjadi jalan menuju surgaNya.
Aamiin..aamiin..aamiin YRA @trismiati


THE END

Bersama pengurus JSIT DIY DIVISI PAUD


My Team Work - PAUD IT Ar Raihan Piyungan


Bersama anak-anak yg luar biasa

















Cintaku Terpaut Di PAUD (episode 4)

Menempuh pendidikan di jurusan yg tidak berdasarkan bakat dan minat bisa berdampak pada aspek psikologis berupa rasa sedih, marah, kesal, semangat belajar menurun maupun perasaan tertekan. Jika mengalami kondisi seperti itu, dipastikan sekolah atau kuliah jadi malas dan daya belajarnya juga rendah.

Begitu juga yang saya alami waktu itu. Selama satu tahun menjalani kuliah di jurusan akuntansi terasa "bete" maksimal. Selain kuliah, saya juga berusaha aktif ikut kegiatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) berupa kajian-kajian keislaman.

Hal itu tidak membuat semangat belajar saya tumbuh. Kegiatan di LDK hanya monoton seperti itu-itu saja sehingga sangat sepi peminat. Apalagi mahasiswi yang aktif mengikuti kebanyakan yang sudah pakai jilbab, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari alias sedikit sekali.

Materi kajian yg pernah saya ikuti tentang larangan pacaran, pentingnya berdakwah, maupun hal-hal seputar muslimah. Nilai-nilai keislaman itu kebanyakan sudah pernah saya dapatkan ketika sekolah di SMA Muhammadiyah 2 Yogya. Khusus tentang larangan pacaran, itu saya pegang kuat sehingga waktu dapat kiriman 2 surat cinta dari teman remaja masjid dan teman SMA pun tidak saya balas.

Masa kuliah tahun pertama punya teman dekat namanya Endang Sulistyowati dari Salatiga. Tugas-tugas kuliah sering saya kerjakan bersama dia di tempat kosnya belakang kampus. Jika libur saya sering main dan menginap ke Salatiga. Rumahnya di daerah perbukitan, masih sangat alami dan saya sangat suka suasana seperti itu.

Dia juga sering main ke rumah sehingga ortu pun tahu kalau saya punya teman akrab dia. Meskipun akrab, pertemanan kami baru sebatas ke hal-hal yang berhubungan dengan urusan kuliah. Ketika punya masalah pribadi di luar kuliah, saya lebih nyaman menuliskannya ke buku diary dan mencoba cari solusi sendiri.

MEMASUKI KULIAH SEMESTER 3

Waktu itu saya bersama Endang selesai mengikuti salah satu mata kuliah, kami berjalan menuruni anak tangga dari ruang kuliah lantai 2 menuju lantai 1. Begitu sampai ke lantai 1 mata saya tertuju pada sebuah pengumuman yang sangat jelas terbaca. Judulnya "Pendakian Massal Gunung Lawu".

Secara spontan saya bilang ke Endang "Ayo Ndang melu iki". Endang nampak kaget dengan ajakan saya. Dia menjawab "Lhoh Tris...kowe pengin melu thoh ? Tak pikir nek wis nganggo jilbab ki ra seneng kegiatan ngene kie, jane aku wis suwe pengin melu MAPALA tapi kelase dewe kok ra ono sik melu". Saya jawab, "Yo wis ayok ndaftar wae. Kanggo refreeshing..tombo strees...aku rasane wis bosen banget kuliah".

Akhirnya saya dan Endang ke sekretariat MAPALA untuk daftar. Ada surat rekomendasi yang harus di tanda tangani ortu. Saya di tanya oleh panitia tentang motivasinya ikut MAPALA. Saya jawab dengan mantap,"pengin melatih mental".

Selang beberapa hari Endang sudah membawa surat ijin dari ortunya. Sementara saya belum, harus melalui proses yang berbelit-belit. Waktu itu bapak tidak langsung kasih tanda tangan.

Ketika surat rekomendasi itu saya tanyakan lagi ke bapak, beliau membaca kembali dan tertegun lama sekali. Bapak bilang "melu kegiatan kie oleh tapi mbok sik ora berbahaya". Adik saya yang laki-laki menimpali " Cah wedok kok melu ngono kui ! Mbak Tris nek dikandani wong tuo ora usah ngeyel".

Mendapat perlawanan seperti itu saya bilang akan berhenti kuliah kalau tidak di ijinkan. Bapak akhirnya dengan berat hati menandatangani surat tersebut dan menasehati agar selalu berhati-hati dalam pergaulan dan kuliahnya jangan sampai keteteran. Rasanya waktu itu seneng banget..mak nyesss..Saya jawab "tenang pak...Insya Allah amanah tak pegang..maturnuwun".

Mungkin kondisi jiwa petualangan saya waktu itu memberontak pengin di salurkan karena selama SMA dan kuliah tahun pertama sempat tersumbat, "full" menjadi "anak rumahan".

Ibu pun akhirnya juga mendukung kegiatan saya dì luar kuliah dan hanya berpesan agar kuliah dan kerjaan rumah tidak sampai terbengkalai.

Akhirnya saya dengan Endang daftar jadi anggota MAPALA. Kegiatan pertama adalah pendakian massal ke gunung Lawu. Pendakian pertama ini cukup membuat saya terpesona karena berhasil mencapai puncak. Waktu itu lagi mekar-mekarnya bunga edelweiss yg berwarna warni sehingga pemandangan puncak Lawu sangat indah sekali. Pengalaman pertama yg luar biasa...

Kegiatan selanjutnya sebagai calon anggota baru harus mengikuti DIKLATSAR selama 6 hari di Kalikuning. Kita di kasih materi tentang kode etik pencinta alam, navigasi darat, survival, kepedulian lingkungan, reypling, mountainering, tali temali, SAR, dsb.

Tahap tiga harus mengikuti susur pantai dan selanjutnya ikut pendakian ke gunung Merbabu untuk pelantikan. Saya dapat penghargaan sebagai peserta putri yang mencapai puncak nomor 1.
  Pelantikan di Puncak Merbabu

Melihat saya ikut MAPALA, ada reaksi kontra dari teman-teman LDK. Mereka menyayangkan keputusan saya. Ada 2 teman menemui saya,"Tris..kamu itu kan udah pakai jilbab..kenapa ikut MAPALA sich? Apa manfaatnya? Itu menyalahi fitroh kita sebagai wanita lhoh". Saya hanya membalas dengan senyum dan berlalu. Toh kalau saya jelaskan alasannya juga mereka gak bakalan paham dan setuju.

Lain waktu di tanya lagi,"Tris...kalau berada dipuncak gunung ngapain? Foto-foto yaa?". Setiap di tanya seperti itu saya hanya senyum dan berlalu meninggalkan mereka. Tetapi setiap ada kegiatan kajian LDK masih sering ikut.

Teman-teman sekelas yang laki-laki juga meledek, setiap ketemu saya atau Endang selalu berucap,"salam rimba !". Sampai Endang bilang,"Tris..kok konco-konco sajak kepiye awake dewe melu MAPALA. Aku dadi pekewuh nek ketemu". Saya jawab,"cuek wae Ndang rasah di pikir! awake dewe kan ora ngrugekke konco".

Pandangan teman-teman ke kegiatan MAPALA memang sangat negatif. Mungkin karena penampilan sebagian besar para anggotanya yg terkesan"liar dan urakan". Ciri khasnya rambut gondrong, celana jeans sobek-sobek, perokok berat, suka mabok, kuliah gak lulus-lulus plus sering nongkrong di pos satpam. Itu yg terlihat, pada hal tidak semua anggota seperti itu. Karena anggota putri yg berjilbab cuma saya sehingga mungkin waktu itu terkesan aneh di kalangan teman-teman.

Saya terinspirasi oleh sebuah majalah Islam Tarbawi yg membahas tentang obyek dakwah yang harus di garap. Judul head linenya "Berbaur Tetapi Tidak Lebur". Di jelaskan bahwa dakwah harus menyentuh di semua elemen masyarakat. Saya pun ingin membuktikan, meskipun bergaul dengan teman MAPALA tetapi tidak akan terbawa arus, justru sebisa mungkin akan mencoba mewarnai.

Hal itu terbukti ketika di bulan Ramadhan ada kegiatan yg diadakan oleh LDK justru teman-teman MAPALA yg meramaikan. Saya selalu memotivasi ke teman-teman agar hidup yg hanya sekali ini jangan sampai di sia-siakan dengan perilaku negatif.

Ada perbedaan yg menganga antara dua organisasi kemahasiswaan tsb. Teman-teman MAPALA punya jiwa sosial tinggi sementara teman-teman LDK dalam bergaul terkesan sangat eksklusif sekali. Saya yg berada di dua komunitas tersebut mencoba untuk mencari sisi-sisi positifnya saja.

Karena anggota MAPALA sangat beragam, berasal dari beberapa daerah dan dari berbagai macam latar belakang agama, suku dan budaya membuat saya harus belajar untuk beradaptasi.

Di sinilah saya mendapatkan ketrampilan hidup di tengah-tengah perbedaan. Saya belajar untuk toleransi, empati, tanggung jawab, kerjasama, tolong menolong, peduli, kerja keras, optimis, memotivasi diri dan tidak mudah menyerah.

Keterampilan sosial saya pun tumbuh dan berkembang secara alami melalui kegiatan di alam terbuka,  bukan di ruang-ruang kuliah.

Di lingkungan MAPALA biasanya setiap anggota punya nama panggilan khusus seperti lumut, badak, cempe, bu bangun, Mr Bean, srundeng, klowor, dsb. Tidak lengkap rasanya kalau tidak punya nama panggilan.

Mungkin karena saya dipandang suka membantah maka dapat julukan Boncel, nama tokoh dalam sandiwara radio yg berkarakter "ngeyel" dan punya perawakan kecil. Saya sendiri merasa bahwa itu bukan sikap "ngeyel" tetapi suatu keteguhan sikap.

Saya memang sering mengkritisi hal-hal yg kurang baik dari segi agama, misal: jangan sampai meninggalkan sholat meskipun berada di hutan, kalau tidur dibuat terpisah antara putra dan putri, kaos seragam dibuat lengan panjang, ketika upacara di puncak harus diselipkan do'a, dsb.

Ketua MAPALA waktu itu mas Dwi yg biasa di panggil "srundeng". Beliau sosok senior yg sangat perhatian pd anggota. Beberapa masukan dari saya pun di terima. Beliau jg yg sering membangunkan saya untuk sholat subuh. Biasanya saking capeknya jalan, saya sering ketiduran sampai pulas. Ketika niat kita baik ternyata Allah pun mempertemukan kita dengan orang baik.

          Di lereng Merapi 
            (Mila, mas Jito, mas Dwi, saya & Endang)

Semenjak ikut MAPALA itulah saya jadi semangat kuliah dan gairah belajar tumbuh sehingga timbul dorongan untuk mencintai jurusan akuntansi. Ketika ada tugas dan merasa kesulitan, saya tanya ke teman-teman yg sudah paham. Sering saya main ke tempat kos mereka hanya untuk sekedar minta di ajari materi yg belum paham.

Menapaki hari tanpa dinamika bagi saya memang sangat membosankan. Dengan ikut MAPALA maka hidupku jadi penuh warna. Ada saatnya serius memahami materi kuliah tapi ada saatnya rehat mengendorkan urat syaraf melalui kegiatan alam bebas.

Mungkin itu yg dinamakan keseimbangan fungsi otak kanan dan otak kiri sehingga hidup menjadi lebih hidup. Hampir setiap ada tanggal merah pasti buat agenda mendaki, entah itu ke Merapi, Merbabu, Lawu atau gunung lain. Selain itu jg mengadakan kegiatan sosial seperti donor darah, bakti sosial ketika ada bencana maupun bersih gunung. Waktu itu saya merasa telah menemukan diri saya yg asli hadir kembali.

       Puncak Selamet

                                                                       Puncak Welirang

         Puncak Semeru
         Bersama Rahmi & Uwik

Selama aktif di MAPALA, dua kali saya di ikutkan lomba lintas alam. Yg pertama di Magelang dapat juara 2. Yg ke dua lomba lintas alam tingkat nasional di Cibodas dengan rute Geger Bentang, Gunung Putri-Gede- Pangrango selama 5 hari. Lomba ini di adakan oleh Green Ranger dalam rangka memperingati meninggalnya Soe Ho Gie seorang aktivis di era Presiden Soekarno yg meninggal di lereng Semeru.

Peraturan lomba tersebut sangat ketat penilaiannya dan banyak kelompok yg gugur ditengah jalan. Baru etape pertama Endang mengalami keseleo kaki sampai bengkak sehingga sebagian barang bawaannya saya bawakan dan jalannya juga harus di bantu. Tetapi berkat usaha keras, semangat, kerjasama dan do'a akhirnya kami dapat melewati semua etape. Kelompok saya berhasil meraih juara 3 kategori peserta putri.

Selain tropy, kami juga dapat medali dan uang pembinaan. Pulang lomba mampir jalan-jalan ke kota Bandung dan mas Dodo kakak senior bilang,"kalian mau minta hadiah apa?". Endang jawab,"manut Tris wae mas soale deweke sik paling rekoso". Saya bilang kalau pengin sekali punya tas pinggang. Akhirnya kita bertiga dibelikan tas pinggang kembar warna coklat.

                                                         Padang Savana Gunung Pangrango

Sejak aktif di MAPALA, kegiatan bikin kerajinan kristik berhenti total karena bapak meminta saya membantu mengelola usahanya. Saya diminta mencatat administrasi, nyiapkan kuitansi dan menerima setoran uang dari tenaga loper (antar koran). Untuk pekerjaan ini bapak selalu ngasih honor ke saya di luar uang saku. Uang tersebut yang sering saya gunakan untuk membiayai kegiatan di MAPALA.

Selain aktifitas kampus, saya juga mulai aktif di organisasi muda-mudi kampung, BKPRMI Kecamatan Banguntapan dan Karangtaruna Kelurahan Banguntapan. Sebagai anak Dukuh, waktu itu juga wajib mengikuti pembinaan politik yg biasanya di isi oleh bapak Lurah. Semua anak-anak pamong desa di arahkan untuk mencoblos Partai Golkar. Saya pun selalu hadir setiap ada pembinaan semacam itu.

Dengan aktifitas berorganisasi sepadat itu, sempat berpikir untuk minta di belikan motor dan komputer. Tapi mengingat komitmen saya untuk tidak membebani ortu maka saya tepis keinginan itu semua.

Saya mencoba menggunakan fasilitas yg ada. Kuliah masih tetap pakai sepeda federal dan untuk urusan ketik mengetik pakai jasa rental komputer. Kalau ada motor nganggur punya bapak atau adik baru saya pakai. Adik laki-laki saya yg sering sewot dan mengeluh,"Mbak Tris nek nganggo motor waton ngglinding..ra tau gelem mbesuti ro nukokke bensin". Akhirnya dia minta ke ortu untuk ganti motor king..yah saya hanya bisa gigit jari.

#ibroh ketujuh: Beri kesempatan pada anak untuk mengembangkan diri melalui kegiatan berorganisasi. Hal ini akan mempermudah anak menemukan potensi dirinya. Anak pun akan memiliki "soft skill" yg sangat berguna untuk bekal hidupnya.

Alhamdulillah waktu terus berjalan dan tidak terasa masa kuliah pun berakhir. Saya lulus dengan memperoleh IPK 3,46. Waktu itu bapak menawarkan untuk melanjutkan ke jenjang S1 tetapi saya tidak mau. Saya minta ijin untuk merantau cari kerja di wilayah Jabotabek karena banyak teman kuliah yg pada ke sana termasuk Endang.

Tetapi ke dua ortu tidak memberi ijin. Bapak bilang,"wis mbantu aku wae ngurusi koran". Dalam hal ini saya tidak berani menentang. Yaa..rasanya iri lihat teman-teman begitu mudahnya dapat ijin ortunya merantau ke luar daerah.

Akhirnya saya coba melamar di pabrik kenalpot sebagai administrasi keuangan. Tidak sampai setahun pabriknya gulung tikar terkena imbas krisis moneter.

Dalam waktu bersamaan, bapak merintis usaha warnet yg lagi booming saat itu dan menyewa sebuah kios di daerah Kotagede. Saya di minta bapak untuk jaga warnet tersebut sambil tetap membantu mencatat administrasi usaha agen surat kabar.

Saya bantu mengelola warnet hanya bertahan 2 tahun. Saya merasa kalau bekerja ikut ortu kurang ada tantangannya karena berada dalam zona nyaman. Saya bilang ke bapak kalau mau cari pengalaman bekerja memanfaatkan ijazah, kebetulan waktu itu ada info lowongan di PT SSU milik Muhammadiyah. Saya coba daftar sebagai staff accounting dan di terima.

Selama bekerja di PT SSU sering bertemu para tokoh Muhammadiyah seperti Bapak Syafi'i Ma'arif, Bapak Sukriyanto putranya Pak AR Fahrudin, Pak Haidar Nasir, dll yg menjadi komisaris perusahaan tersebut. Meskipun status saya sebagai staff accounting tetapi prakteknya sama direktur sering di beri tugas tambahan.

Ketika ada perekrutan karyawan, saya di minta bantu manajer bagian SDM, ketika sekretaris tidak masuk saya yg di minta bantu mengetik surat-surat, kalau bagian swalayan ada karyawan yg tidak masuk, saya juga yg di minta lembur sampai malam menemani kasir. Pernah saya di perbantukan ke bagian pembelian barang melayani para sales. Para sales sering komplain karena tagihan tidak lancar dan saya yg harus menghadapinya.

Dengan pola kerja seperti itu membuat saya merasa di perlakukan tidak adil karena sebenarnya ada karyawan lain yg juga bisa di perbantukan. Saya mengkritisi kebijakan direktur tetapi malah kena marah. Direkturnya dari latar pendidikan Filsafat sehingga saya sering di buat pusing tidak bisa memahami jalan pikirannya.

Kalau perusahaan akan di audit, semua bagian accounting pada sibuk membuat laporan keuangan yg di perlukan beserta semua bukti transaksinya. Saya paling pusing kalau menghadapi audit.

Akhirnya kuputuskan untuk mengundurkan diri. Hari pertama saya tidak kerja, bapak tanya,"kok ora mlebu kerjo ki prei po Tris?". Saya jawab,"kulo pun mengundurkan diri pak, mumet kerjo ten bagian keuangan". Bapak bergumam,"wong liyo wae kangelan golek gawean, kok kowe sik wis kerjo malah metu".

Selanjutnya saya melakukan kontrak kerja dengan BPS sebagai tenaga listing. Sebagai petugas listing, saya sering ke lapangan mencari data yg di butuhkan. Banyak hal yg saya temui ketika melakukan pendataan, pernah saya di kira sales sehingga orang tidak mau membukakan pintu. Pernah juga mendata ke keluarga Nasrani, ketok-ketok pintu yg keluar anjingnya hingga saya di kejar-kejar.

Pak Mulyono selaku fasililator BPS pesan,"Mbak Tris di tlateni mawon leh kontrak kerja ten BPS, biasane nek kantor buka lowongan sik di utamakan petugas listing". Saya tanya,"nek ten kantor kerjone nopo pak?". "Entry data ke komputer," jawab Pak Mulyono. "Walaahh mboten minat pak", jawab saya.

Kontrak kerja di BPS selesai, saya mencoba melamar di LSM MPI (Mitra Pendidikan Indonesia) sebagai part time trainer. Info tersebut saya dapatkan melalui surat kabar KR. Syarat yg dibutuhkan: pendidikan minimal D3, punya pengalaman organisasi, sanggup bekerja keras, dan menyukai tantangan.

Berdasarkan tes tertulis dan wawancara akhirnya saya lolos. LSM MPI ini sasaran programnya para pemuda putus sekolah yg di latih untuk berwirausaha. Mereka di bentuk kelompok-kelompok sesuai wilayah.

Saya begitu menikmati kerja di LSM. Tugas saya melakukan pendampingan ke kelompok binaan yg mendapatkan modal usaha.

Banyak ilmu yg diperoleh karena para trainer di bekali pengetahuan seputar pendampingan. Kita juga sering mendapatkan pelatihan-pelatihan. Kalau melakukan pendampingan waktunya menyesuaikan kelompok binaan dan seringnya malam hari. Pulang malam sampai jam 11-12 hal biasa bagi saya yg waktu itu masih single.

Setelah menikah, aktifitas keluar rumah mulai saya kurangi karena beberapa hal. Salah satunya karena ortu sering menanyakan ikhtiar saya dan suami yg sampai 3 tahun belum jg dapat momongan. Keponakan saya yg masih SMA saat itu berkomentar,"makane...nek karo cah cilik ki sik gemati". Kalimat tersebut membuat saya "mak jleb"..benarkah ? @trismiati









Cintaku Terpaut Di PAUD (episode 3)

Perubahan perilaku seseorang merupakan suatu proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan di mana dia bergaul.

Proses perubahan perilaku tersebut pada hakekatnya adalah proses belajar. Ketika seseorang mengalami perubahan perilaku menjadi lebih baik maka bisa dikatakan bahwa dia berhasil dalam belajarnya. 

Masa remaja (usia SMA) dipandang sebagai masa di mana anak berada pada tahap yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. 

Ketidakjelasan ini karena anak  sedang berada dalam masa transisi dari periode kanak-kanak menuju periode orang dewasa. 

Pada masa ini anak membutuhkan lingkungan sosial yang dapat menjadi media pengembangan dirinya.

Di lingkungan sosial anak terutama teman-teman sekolahnya kadang timbul masalah berupa penolakan di karenakan ada perbedaan minat dan kebiasaan. 

Ketika teman-teman lingkungan sosial atau komunitasnya cenderung berperilaku negatif maka anak pun akan sangat mudah terpengaruh karena dia butuh pengakuan.

Pada masa SMA, anak juga mengalami banyak masalah terutama terkait konsep diri. Mereka kadang bingung belum dapat menemukan konsep dirinya sehingga potensi yang dimiliki tidak berkembang maksimal. 

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. 

#Ibroh kelima : Orang tua perlu menjalin komunikasi intensif dengan anak yang sudah mulai memasuki usia remaja. Jika komunikasi baik pasti akan terjalin hubungan yang harmonis antara ortu dengan anak. Ketika terjadi masalah pada anak, pasti anak merasa nyaman "curhat" pada ortunya. Tidak mencari pelarian di luar lingkungan keluarganya. Maka sangat penting bagi ortu untuk menjadi sahabat bagi anak.

Pada episode lalu sudah saya ceritakan adanya suatu peristiwa yang membawa saya pada perubahan perilaku. Meskipun proses perubahan tersebut harus melalui jalan berliku tetapi justru itulah yang membuat jiwa semakin matang, tidak mudah reaktif ketika menghadapi hal yang kurang menyenangkan dan semakin peka dengan keadaan.

Saya melangkah menapaki jenjang pendidikan di SMA Muhammadiyah 2 Yogya dengan harapan bahwa selama sekolah di sana akan menjadikan diri saya lebih baik lagi. Meskipun saya merasa sangat kecewa tidak jadi masuk pondok pesantren tetapi Alhamdulillah waktu itu tidak sampai patah semangat. Saya belajar untuk berlapang dada.

Awal sebelum masuk sekolah diadakan kegiatan MABICA (Masa Bimbingan Calon Anggota) selama seminggu. Kegiatan ini diadakan dari jam 5.30 s/d 19.00 WIB. Semua siswa tiap hari di minta membawa barang yang aneh-aneh dan sulit di dapat. Bapaklah yang setia antar jemput ke sekolah selama kegiatan MABICA ini. 

Karena saya sudah bertekad untuk tidak banyak menjadi beban bagi ortu maka semua kebutuhan MABICA semaksimal mungkin saya siapkan sendiri. Ortu juga tidak menanyakan perlengkapan apa saja yang harus dibawa selama MABICA. 

Banyak aturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan selama masa MABICA. Waktu itu diminta memakai kaos kaki yang panjangnya di atas lutut. Karena saya tidak punya maka cukup menggunting ujung kaos kaki yang saya punya sehingga bisa dinaikkan ke atas. Sepatu keseluruhan harus berwarna hitam. Karena punya saya model sepatu warior yang ada warna putihnya sedikit maka cukup saya spidol hitam. 

Lain hari di suruh membawa bawang putih satu bungkul. Kebetulan di rumah ada bawang tapi tidak satu bungkul utuh. Malam itu saya lembur merangkai bawang pakai lem fox agar bentuknya seperti bawang sebungkul dan pagi harinya ketika ada pemeriksaan sukses tidak ketahuan panitia.

Hari lain semua siswa disuruh membawa pita warna coklat muda. Terpaksa saya bilang ke bapak dan pulangnya langsung mampir ke Kotagede cari toko yang masih buka untuk beli pita. Paginya waktu di cek panitia ternyata masih terlalu tua coklatnya. Hal itu sampai 3 kali saya melakukan kekeliruan soal pita. Karena sudah melakukan kesalahan 3 kali itulah saya kena sidang dari sie ketertiban.

Masuk ruang sidang saya di sambut 3 kakak panitia laki-laki dengan wajah "sangar dan garang". Mereka membentak-bentak disertai mendobrak meja secara bergantian. Saya tatap wajah mereka, sesekali menyampaikan alasan karena toko banyak yang sudah tutup dan warna pita yang saya bawa hari ini sudah lebih muda dari yang kemarin. Mereka gak peduli dengan alasan yang saya sampaikan. Selain di bentak-bentak akhirnya saya di kasih hukuman menulis kalimat "saya tidak akan melakukan kesalahan lagi" sebanyak 2 lembar folio penuh.

Keluar dari ruang sidang saya tidak kuasa menahan air mata. Saya menangis tersedu-sedu dan di hampiri Rekno teman SMP yang masuk MUHA juga. Dia menghiburku dan menyarankan saya masuk UKS saja karena muka nampak pucat sekali. 

Saya menangis sebenarnya bukan masalah di bentak kakak-kakak panitia tetapi waktu itu saya terbayang wajah bapak yang punya sifat super sabar. Apapun kesalahan dan perilaku saya yang kurang baik selama itu, bapak sama sekali belum pernah marah maupun membentak. Hal itu yang membuat saya sangat terharu. 

Saya semakin merasa berdosa sekali dengan kenakalan-kenakalan masa lalu sehingga semakin kuat bertekad untuk menjadi lebih baik.

Sekolah di MUHA membuat pergaulan saya semakin luas karena banyak teman-teman dari luar Yogya. Saya cukup kaget mengamati lingkungan pergaulan di sekolah. Waktu itu saya mengira bahwa sekolah di Muhammadiyah 2 pasti tidak jauh berbeda dengan di pondok pesantren. Siswanya alim-alim dan religius, eh..ternyata perkiraan saya meleset.

Di sekolah saya sering melihat perilaku kakak kelas seperti merokok, mabuk, pacaran kelewat batas, maupun tawuran dengan pelajar sekolah lain. Saat itu marak sekali gank-gank pelajar semacam joxin, xizruh, dsb. Sering ada yang sampai berurusan dengan polisi.

Saya cukup kaget karena selama ini bergaul dengan teman-teman di kampung, meskipun di pandang nakal tetapi tidak sampai berperilaku seperti itu. Masih "lugu" dan wajar kenakalannya.

Saya berangkat ke sekolah kadang naik bis atau kalau sepeda federal adik gak di pakai ya saya pinjam. Sementara teman-teman banyak yang naik motor. Rasanya pengin juga seperti teman-teman, ketika sekolah pakai motor, merayakan ulang tahun, pakai sepatu dan jam tangan mahal, dll. Tapi karena saya sudah bertekad tidak akan membebani ortu akhirnya ketika timbul keinginan-keinginan pengin punya suatu barang ya hanya saya pendam. Bahkan tas sekolah saja saya gak berani minta, hanya pakai punya kakak yang sudah tidak di gunakan. Istilahnya "nglungsur". 

Selama SMA itu saya benar-benar berubah. Saya rajin membantu pekerjaan ibu mulai dari cuci piring, ngepel lantai, cuci baju, menyetrika, menyapu halaman, dsb. Kalau malam bantu ibu membuat kerupuk gandum. Karena libur sekolah masih seperti di SMP hari Jum'at maka waktu luang saya gunakan untuk belajar membuat kerajinan kristik. Ada sekitar 20 an hasil karya saya hasilkan dan sebagian saya kasihkan ke saudara atau teman sebagai kado ketika di undang ke acara ultah.


Salah satu koleksi hasil karyaku
Kelas 2 mulai ada penjurusan melalui tes bakat minat. Hasil tes tersebut saya masuk di A3 (Sosial). Saya paling suka dengan pelajaran Sosiologi dan sangat akrab dengan gurunya. Bu Khomariyah guru Sosiologi pernah pesan ke saya agar kapan-kapan bisa main ke rumah beliau. Ketika liburan saya pun menyempatkan main. Beliau cerita panjang lebar tentang kondisi kelas kami. "Ya Allah Tris..saya kalau ngajar kelas kamu kewalahan. Teman-teman kamu susah sekali di atur". Saya hanya tersenyum mendengar keluhan beliau.

Memang semenjak kelas 2 inilah semakin tampak perilaku kenakalan teman-teman seangkatan terutama teman sekelas. Dan di kelas Sosial 1 itulah gudangnya anak nakal. Pernah mobilnya bu Khomariyah di dorong dari parkiran sampai ke halaman sekolah. Guru keterampilan kami Bu Suminah yang terkenal galak sampai "mutung" tidak mau ngajar lagi gara-gara di papan tulis ada tulisan "Smnh Bnl". Apalagi kalau pelajaran Bahasa Indonesia, banyak yang kabur alias bolos. 

Ada kakak kelas yang "nunggak". Dia dah kelewatan nakalnya (perokok berat, sering ikut tawuran, suka minuman keras, dan sering bawa gambar-gambar porno). Karena duduknya persis di belakang saya maka setiap ada ulangan mata pelajaran selalu mencontek punya saya. Dia anak korban "Broken Home". Bapaknya kerja di pelayaran dan jarang pulang. Ya wajarlah kalau perilakunya seperti itu. Kurang perhatian dan kontrol dari ortunya.

Teman-teman sering sekali menceritakan pengalamannya nonton film di bioskop maupun pengalamannya ketika jalan-jalan sepulang sekolah entah itu ke Malioboro atau tempat wisata lain. Saya hanya bisa mendengar dan melihat kegembiraan mereka. Mungkin itu yang di namakan indahnya masa SMA. Penuh tawa, canda, ceria, dan ingin bebas.

Saya sering diajak tapi tetap bertahan pada pendirian bahwa saya akan membantu pekerjaan ortu yang menumpuk karena di rumah memang tidak ada pembantu. Rumah ortu begitu besar dan halamannya pun luas sehingga butuh tenaga ekstra untuk menjaga kebersihannya. Apalagi bapak seorang Dukuh yang sering sekali ketempatan rapat dusun. Otomatis hampir selalu ketika ada rapat, yang namanya cuci piring dan gelas pasti menumpuk.

Saya waktu itu benar-benar menjadi "anak rumahan". Selain kegiatan mengkristik, saya juga mulai menyukai membaca majalah wanita semacam Gadis, Kartini, dan Femina. Di rumah banyak tersedia berbagai macam majalah dan surat kabar sehingga itu cukup membuat saya terhibur. Tak ketinggalan dengan musik, saya waktu itu sangat senang lagu-lagu slowrock. Yang paling terkesan waktu itu lagunya "Tantangan" nya Hari Moekti dan "Menjelang 17" nya Ikang Fawzi. Bahkan sampai mengoleksi kasetnya.

Suatu hari saya dipanggil ke kantor oleh bu Asmah (kepala sekolah) dan pak Singgih guru olah raga. Bu Asmah mengungkapkan kegalauannya terhadap kondisi kelas sosial satu. Mereka kasih amanah ke saya untuk menjadi mata-mata kelas. Mereka minta untuk selalu mengamati perilaku teman-teman yang sekiranya punya perilaku tidak baik dan menginformasikan ke mereka.

Saya awalnya menolak karena kalau ketahuan pasti teman-teman akan marah. Setelah dijelaskan bahwa itu untuk kebaikan kelas dan juga masa depan teman-teman maka tawaran amanah itu saya terima. Saya waktu itu di minta untuk merahasiakan misi tersebut dari siapapun. Saya hanya berfikir kenapa amanah itu dilimpahkan ke saya bukan pada ketua kelas.

Biasanya setelah saya melaporkan hasil investigasi ke kantor, pasti teman yang saya laporkan itu langsung "tercyduk" dapat surat panggilan guru BP. Kembali dari ruang BP biasanya teman-teman pada marah dan merasa pasti ada teman sekelas yang melaporkan.

Hampir semua yang di panggil guru BP mengira bahwa Rifa lah yang melaporkan karena dia memang sering keluar masuk kantor guru. Sebenarnya dia ke kantor untuk menawarkan kerudung ke para guru. Sering sekali Rifa kena "bully" teman-teman entah itu berbentuk kata-kata kasar maupun sikap yang kurang mengenakkan. 

Ada teman bernama Agus Tujiantoro yang termasuk anak nakal di mata guru. Dia pasti cerita ke saya ketika selesai di interogasi dari ruang BP. Dia merasa heran kenapa guru BP tahu secara detil tentang perilakunya. Saya waktu itu sebenarnya menanggung beban mental mengemban amanah tersebut. Saya merasa kasihan sekali sama Rifa. Tapi karena di pesan agar merahasiakan maka saya menahan untuk tetap diam. 

Sampai lulus rahasia itu tetap terjaga dan baru saya ceritakan tahun 2017 kemarin ketika kami bertemu di forum group WA. Teman-teman pada kaget karena tidak menyangka sama sekali bahwa sayalah pelakunya yang melaporkan. Alhamdulillah kami sudah saling bermaaf-maafan dan mengenang itu semua dengan sikap persahabatan.

Memasuki kelas 3 saya terpilih menjadi salah satu pengurus koperasi siswa dan menjadi sekretaris II. Di situlah saya mulai belajar berorganisasi. Selain sering melakukan koordinasi, kami semua pengurus koperasi juga dapat giliran untuk jaga koperasi. Saya juga mulai belajar berdagang. Saya pinjam kerudung punya Rifa untuk di jual ke teman-teman pengajian remaja masjid. Hasil dari penjualan kerudung saya kumpulkan dan biasanya saya belikan bahan kristik.

Akhirnya saya lulus kelas 3 dengan meraih NEM peringkat ke 2. Saya mencoba mendaftar UMPTN jurusan Sosiologi tetapi tidak lolos. Saya minta ke bapak untuk di daftarkan les ke Bimbingan Belajar Primagama atau yang lainnya untuk selanjutnya tahun depan mencoba daftar UMPTN lagi. 

Tetapi bapak tidak setuju, diam-diam beliau sudah mendaftarkan saya ke STIE'Yo (sekarang UTY) jurusan akuntansi. Saya bilang ke bapak kalau saya kurang suka dengan akuntansi. Tapi bapak tetap dengan pendiriannya, bahkan bapak sudah membayar lunas biaya masuknya dan sudah mengambil kaos untuk OPSPEK.

Rasa kecewa itu muncul lagi pada diri saya. Setelah dulu gagal masuk pondok pesantren, kini harus menerima kepahitan masuk kuliah ke jurusan yang bukan minat saya. Mengingat bapak sudah keluar uang banyak akhirnya dengan terpaksa ku jalani juga semua itu. Saya hanya bisa merenung betapa susahnya mencari ridho Allah karena harus melalui ridho ortu.

#Ibroh keenam : Orang tua perlu mengetahui bakat dan minat anak sejak awal agar dapat mengarahkan pendidikan anak dengan tepat. Pendidikan yang tepat akan menjadikan anak berkembang secara optimal.

Sebelum masuk kuliah (masih libur panjang), kantor KR (Kedaulatan Rakyat) berencana mengadakan tour ke Bali. Bapak sebagai salah satu agen terbaik mendapatkan tiket 2 lembar. Waktu itu saya mendengar percakapan bapak dan ibu tentang siapa yang mau di ajak ke Bali. Ibu berkata, "Ngajak Trismiati wae, ben bocahe seneng". Mungkin karena ibu mengamati saya yang beberapa hari nampak murung akibat di daftarkan di STIE"Yo. 

Akhirnya saya dan bapak yang berangkat ke Bali. Waktu di kapal bapak cerita kalau mendapatkan uang saku dari kantor KR. Bapak bilang ke saya, " nek wis tekan, kowe arep njaluk opo tak tukokke".  Waktu itu saya hanya minta di belikan rompi dan ketika di Bedugul saya pengin naik boat dan bapak pun mengabulkan keinginan saya.


Kenangan di Pulau Bali 


Menatap hari depan dengan setengah hati


Demi baktiku kepada ortu akhirnya saya meneruskan kuliah D3 Akuntansi di STIE"Yo. Karena adik laki-laki saya waktu itu sudah di belikan motor maka sepeda federalnya kupakai kuliah. Melangkah dengan setengah hati menjadikan awal-awal kuliah kurasakan sangat berat. 

Hampir tiap hari masuk kelas selalu terlambat. Kuliah pun hanya bawa buku tulis 1 yang ku taruh di saku celana. Untuk melengkapi catatan mata kuliah dari dosen, saya biasa pinjam buku punya teman lalu minta tolong bulik Sri untuk menulisnya. Rasanya waktu itu yaa kurang semangat. Apalagi kalau harus ngitung deretan angka-angka yang tidak ada wujud uangnya. Pusing tujuh keliling !

Meskipun terseok-seok akhirnya semester 1 dan 2 berhasil saya lalui dengan nilai IP mencapai 3 lebih sedikit. Selama satu tahun kuliah, saya sudah merasakan kebosanan tingkat tinggi. Apalagi menginjak semester 3, deretan mata kuliahnya yang semakin sulit seperti auditing, Sistem Akuntansi, Perpajakan, dsb. membuat mata serasa berkunang-kunang.

Pada saat itulah timbul gejolak pada diri saya. Ada keinginan kuat untuk berhenti kuliah. Tetapi saya selalu teringat kalimat bahwa ridho Allah terletak pada ridho ortu. Akhirnya terjadi perang batin antara keinginan untuk melanjutkan kuliah atau berhenti di tengah jalan. Semua pilihan tentu ada konsekuensinya. 

Dan ketika pilihan itu saya sampaikan ke bapak, beliau nampak tertegun. Apa pilihan saya waktu itu? Tunggu cerita saya selanjutnya. Yang pasti pilihan tersebut mampu "menjadikan hidup saya menjadi lebih hidup"..@trismiati




Artikel Aksi Nyata Modul 3.3

  AKSI NYATA MODUL 3 Alhamdulillah dalam modul 3 ini saya sudah melakukan 3 aksi nyata sesuai dengan sub materi yang ada di LMS, meliputi : ...

Popular Posts