Menanamkan Benih Karakter Melalui Jambore Anak Sholeh

Anak-anak sangat penting mendapatkan pendidikan karakter agar menjadi pribadi yang baik sebagai bekal mereka ketika telah memasuki dunia kerja.

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang bermoral, cerdas, inovatif, suka bekerja keras, optimis, percaya diri, dan berjiwa patriot.

Salah satu bentuk kegiatan dalam rangka melaksanakan pendidikan karakter yaitu melaui jambore anak sholeh. 

Kegiatan yang dimotori oleh Forum Komunikasi Ustadz Ustadzah TPA Desa Wirokerten ini mampu menghadirkan suasana yang kental akan penanaman nilai karakter seperti religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat, menghargai prestasi, peduli lingkungan, tanggung jawab, serta cinta tanah air.

Kegiatan ini diikuti sekitar 230 anak-anak mulai dari usia TK sampai SMP yang terbagi ke dalam 23 kelompok atau khafilah dari unit TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an) di Desa Wirokerten Kecamatan Banguntapan Bantul DIY.

Ada beberapa macam kegiatan dalam jambore anak sholeh yang baru pertama kali ini dilaksanakan yaitu perlombaan (tartil, tahfidz, khot Al Fatihah, sholat), tadabur alam, kreatifitas seni, dan beberapa macam permainan (game).

Selama dua hari peserta dimotivasi agar melaksanakan nilai-nilai ajaran Islam yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan pembelajaran di TPA mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.

Jiwa spiritual mereka pun ditumbuhkan melalui sholat wajib berjama'ah maupun sholat sunah (qiyamul lail dan sholat syuruk).

Tak ketinggalan juga menghadirkan Kak Aris yang dengan piawainya mendongeng dan bercerita seputar karakter anak Islam.

Semoga kegiatan tersebut bermanfaat bagi peserta sehingga termotivasi menjadi pribadi yang berkarakter atau berakhlak mulia.aamiin YRA@trismiati

Tanggung Jawab dan Peduli Lingkungan 
Mengasah Kreatifitas
Semangat Belajar
Menjalin Persahabatan
Menumbuhkan Sikap Percaya Diri
Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air
Kebersamaan
Melatih Kekuatan Fisik Motorik
Sarana Melatih Kemandirian

Menyambut Tahun Baru Dengan Semangat Baru

Alhamdulillah kita telah memasuki tahun baru hijriah 1440 H.

Tidak seperti tahun baru Masehi dimana masyarakat dengan gegap gempita menyambut kehadirannya dengan pesta pora.

Tahun baru hijriah merupakan tahun baru ummat Islam yang seharusnya kita jadikan momentum untuk muhasabah atau evaluasi diri.

Dengan bertambahnya tahun tentunya jatah usia hidup kita jadi berkurang.

Apakah aktifitas yang sudah kita lakukan tahun-tahun lalu sudah membawa diri kita menjadi pribadi berkualitas?

Yaa kualitas dalam ibadah, maupun dalam bermuamalah dengan orang lain.

Jika dirasa belum mencapai kualitas yang diharapkan, marilah kita mulai merancang agenda peningkatan kualitas diri masing-masing.

Waktu yang berlalu tidak bisa kita ambil kembali sementara waktu esok pun belum tentu bisa kita raih.

Hanya waktu saat inilah kesempatan yang pasti ada di hadapan kita.

Marilah kita gunakan untuk meningkatkan kualitas diri dimulai dari hal-hal kecil yang sekiranya mudah dikerjakan.

Yang kemarin baru melakukan ibadah wajib, mulai sekarang menambah ibadah sunah seperti sholat dhuha, puasa senin kamis, tahajud.

Yang kemarin tadarusnya baru 5 lembar bisa ditingkatkan menjadi 1 juz per hari misalnya.

Selain kualitas diri pribadi, penting juga meningkatkan kualitas profesional kerja kita dengan menambah keterampilan baru.

Jaman berubah begitu cepat seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi sehingga jika pengin tetap survive kuncinya harus mau berubah, berubah, dan terus berubah.

Semangat merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik, berkualitas, dan bermanfaat bagi orang lain. @trismiati













Peran Orang Tua Dan Guru Dalam Pembentukan Karakter Anak

Di era digital seperti sekarang ini, kita dihadapkan pada kenyataan yang amat memprihatinkan. 

Pesatnya perkembangan teknologi berimbas ke perilaku anak-anak yang cenderung negatif seperti keranjingan games, sulit konsentrasi, maupun malas dalam belajar.

Perilaku remaja pun juga semakin hari makin mengkhawatirkan. 

Mereka berani sekali mengekspresikan dan mengekspose perilaku kenakalannya seperti perkelahian pelajar, vandalisme, narkoba, tawuran, maupun pergaulan bebas melalui media sosial.
Pesta miras
Merokok
Tawuran
Balapan Liar
Nilai-nilai Ilahiyah yang semestinya tampil mewarnai setiap denyut kehidupan, kian hari tampak semakin tenggelam dan berganti dengan warna kehidupan yang materialistis, pragmatis dan hura-hura.

Anak-anak  tumbuh menjadi remaja yang susah diatur, daya belajarnya rendah, malas, serba instan, serta kurang peduli dengan lingkungan sekitar.

Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap kondisi tersebut?

Semua elemen mulai dari orang tua, guru, masyarakat serta pemerintah seharusnya dapat menanggulanginya melalui tindakan-tindakan pencegahan.

Dari beberapa elemen tersebut, yang pertama berperan membentuk karakter anak adalah orang tua karena anak lahir dan tumbuh pertama kali di lingkungan keluarganya.

Maka sangat penting bagi orang tua memiliki bekal ilmu mendidik anak agar dalam menjalankan fungsinya selaku orang tua dapat berjalan dengan baik.

Karakter anak sangat dipengaruhi oleh orang dewasa yang ada disekitarnya dan orang tualah yang pertama kali menjadi sosok berpengaruh bagi pembentukan karakter anak.

Orang tua seharusnya dari awal mampu menabur benih-benih karakter yang baik pada anak sejak masih dalam kandungan sampai usia dewasa. 

Jangan sampai peran orang tua tersebut tergantikan dengan perangkat teknologi. 

Orang tua harus mengontrol dan mengawasi penggunaan teknologi terutama HP karena dapat berakibat buruk bagi pembentukan karakter anak.

Selain orang tua, guru juga berpengaruh dalam pembentukan karakter anak tetapi bukan sebagai peran utama.

Guru dan sekolah berperan sebagai mitra pembantu dalam memberikan bekal pendidikan anak-anak agar potensi yang dimiliki dapat berkembang secara optimal.

Maka sebagai guru juga harus bisa menjadi tauladan bagi anak didiknya karena karakter guru akan berpengaruh juga terhadap pembentukan karakter mereka.

Empat kompetensi yaitu pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial harus melekat pada diri seorang guru.

Di era sekarang, guru pun dituntut harus menguasai teknologi agar dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat menarik minat anak.

Kita tidak bisa lepas dari perkembangan teknologi, tetapi kita harus bisa bersikap bijaksana memanfaatkan teknologi sebagai pendukung sarana pembelajaran.

Siapkah kita selaku orang tua dan guru menabur benih karakter pada anak di tengah tantangan jaman yang semakin berat saat ini? @trismiati












Artikel Aksi Nyata Modul 3.3

  AKSI NYATA MODUL 3 Alhamdulillah dalam modul 3 ini saya sudah melakukan 3 aksi nyata sesuai dengan sub materi yang ada di LMS, meliputi : ...

Popular Posts