Catatan Di Penghujung Tahun

AKHIR SEBUAH PILIHAN
 @trismiati

Hari ini kita berada di penghujung tahun 2017. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat sekitar kita setiap malam pergantian tahun baru Masehi selalu diwarnai dengan acara pesta pora, menyalakan kembang api, meniup terompet, panggung hiburan, dan kegiatan serupa yang menghiasi di setiap sudut tempat wisata, hotel berbintang, dan di jalan-jalan utama (jantung kota). Ribuan manusia yang sebagian besar anak muda berjingkrak bersama mengikuti alunan musik yang terdengar dari panggung-panggung hiburan hanya untuk sekedar menghabiskan malam menanti detik-detik pergantian tahun baru hingga sering berlanjut ke pesta minuman keras sampai mabuk.

Sebagai seorang muslim, bagaimana sikap kita dalam menghadapi fenomena yang sudah merebak seperti ini ?  Apakah kita akan terbawa arus turut serta merayakannya ataukah kita dapat menghindarinya. Berikut beberapa mudarat dari acara perayaan tahun baru yang sepantasnya menjadi bahan renungan buat kita:

1. Menyerupai kaum kuffar.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR Abu Dawud)
Hadist ini menunjukkan bahwa menyerupai kaum kuffar adalah haram dan perayaan tahun baru dengan pesta pora bukan merupakan syiar Islam tetapi merupakan budaya agama lain.

2. Manyia-nyiakan waktu.
Orang yang merayakan malam pergantian tahun dipastikan akan begadang, menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar menunggu detik-detik waktu 00.00. Padahal waktu kita di dunia ini kelak akan dipertanyakan Allah untuk apa kita pergunakan sehingga Rasul pun bersabda,”Diantara baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat.” (HR At Tirmidzi)

3. Pemborosan dan menghamburkan uang sia-sia.
Perayaan tahun baru Masehi selalu identik dengan petasan, menyalakan kembang api, meniup terompet, hiburan musik dan kegiatan lain yang itu pasti membutuhkan uang yang tidak sedikit. Milyaran uang terbuang percuma hanya pada satu malam itu. Semua itu termasuk hal yang mubadzir, dan dibenci Allah.

4. Perbuatan maksiat.
Dengan adanya ikhtilat atau bercampur baurnya kaum laki-laki dan perempuan bukan mahram di tempat keramaian dapat menjerumuskan kepada zina dan maksiat lainnya. Menurut fakta yang ada banyak sekali anak muda pergi merayakan malam tahun baru secara berpasangan, bahkan menurut kabar berita setiap akhir pergantian tahun pembelian kondom selalu meningkat tajam. 

Berdasarkan beberapa mudarat di atas, sepatutnya kita bisa merenung dan berupaya untuk menjaga diri dan keluarga agar terhindar dari mengikuti arus budaya luar yang sekarang menjangkiti kehidupan masyarakat sekitar kita. Peran orangtua begitu besar untuk mengawasi dan mengontrol putra putrinya agar terhindar dari mengikuti arus budaya yang dapat merusak masa depan mereka. Khusus bagi orangtua yang masih mempunyai anak usia dini, tanamkan sejak dini untuk memanfaatkan pergantian tahun baru dengan hal-hal positif seperti baca Al Qur’an bersama, menyimak hafalan, pengajian, dan lain-lain. Jauhkan malam tahun baru dari menonton TV karena biasanya acara TV pada malam itu juga tidak terlepas dari hiburan sia-sia. Lebih baik bercengkerama dengan anggota keluarga, saling mengevaluasi hal-hal apa saja yang sudah terjadi selama satu tahun ini dan membuat rancangan untuk perbaikan tahun yang akan datang. 
Akhirnya, kita tinggal memilih mau bagaimana mengisi malam tahun baru nanti malam… 


Pengalaman Mengajar Anak Hiperaktif

MENJADI HEBAT SI HIPERAKTIF



  ( Alif yang berdiri paling kiri nampak ceria )


Anak usia dini identik dengan perilaku penuh ceria, aktif bergerak, suka bertanya, berlari kesana kemari, memanjat, memainkan sesuatu, membongkar pasang mainan dan sebagainya. Tingkah laku anak seperti ini sangat wajar karena masa kanak-kanak memang merupakan masa seseorang mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dengan berbagai macam aktivitas gerak fisik motorik. Pada usia ini perkembangan motorik dan syaraf anak akan mencapai kematangannya sehingga disebutkan masa ini sebagai masa emas atau golden age. Masa emas ini hanya terjadi sekali seumur hidup. Apabila dalam masa ini anak tidak distimulasi secara maksimal akan berpengaruh pada perkembangan selanjutnya.
           Diantara tingkah laku anak-anak tersebut terdapat anak yang aktivitas geraknya sangat berlebihan dibandingkan anak pada umumnya. Anak-anak seperti ini biasanya  sangat sulit diatur untuk bersikap lebih tenang, ia berlari kesana kemari, memanjat apa yang bisa dipanjat, mengambil barang yang ada untuk selanjutnya memainkannya sebentar lalu dibuang begitu saja. Ia bergerak tanpa tujuan jelas dan seakan tidak pernah merasakan lelah. Bisa jadi anak ini mengalami gangguan yang dikategorikan sebagai anak hiperaktif. Anak hiperaktif adalah anak yang mempunyai tingkat keaktifan lebih dan seringkali mengarah ke autisme sehingga dapat mengalami gangguan dalam berinteraksi sosial, komunikasi, pemikiran, serta mengalami gangguan dalam pola memusatkan perhatian. Para ahli sepakat ada kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak sehingga rentang konsentrasinya sangat pendek dan sulit untuk dikendalikan. Dalam istilah kedokteran gangguan ini dikenal sebagai Attention Deficit Discroder (ADD) atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Faktor-faktor penyebab anak hiperaktif sebagian besar masih didominasi oleh sifat genetik atau adanya keturunan dari silsilah keluarga. Faktor lain karena pengaruh lingkungan, malfungsi otak, epilepsy, ada gangguan di kepala seperti gegar otak, trauma kepala karena persalinan, infeksi, keracunan, kekurangan sumber gizi penting yang membantu perkembangan otak motorik anak, dan elergi makanan. Gangguan ini tidak begitu kentara, karena anak tidak mengeluh rasa sakit   walaupun sebenarnya telah terjadi gangguan pada susunan saraf pusat. Ciri-ciri anak hiperaktif baru terdeteksi setelah usia empat tahun (usia awal sekolah) yang dapat dilihat dan dibedakan dengan anak normal pada umumnya.
Ada beberapa karakterisitik anak hiperaktif menurut para ahli yang perlu diketahui oleh para orangtua dan guru, yaitu:
1. Mungkin ketika usia bayi, anak sering menangis terus menerus dan suka berteriak.
2. Memiliki pola tidur yang tidak teratur dan sering terbangun pada malam hari.
3. Rentang perhatian yang kurang sehingga anak mudah lupa dan tidak tuntas dalam mengerjakan           setiap tugas, bahkan cenderung menghindari tugas yang diberikan guru. 
4. Memiliki perilaku impulsif (bertindak sekehendak hatinya) yang menyebabkan anak tersebut              sulit diterima temannya karena sering menunjukkan perilaku negatif seperti merebut barang atau         mainan punya teman, tiba-tiba memukul teman atau merusak barang-barang yang ada                           disekitarnya. Teman-temannya pun akhirnya memberikan label bahwa ia anak nakal.
5. Tidak bisa diam, selalu bergerak kesana kemari ketika proses belajar mengajar berlangsung                 sehingga mengganggu konsentrasi anak lain. Gurupun sering kewalahan menghadapi situasi               lingkungan belajar seperti ini.
6. Apa yang dilakukan tanpa tujuan. Sebagai perbandingan, anak superaktif naik ke atas meja                 untuk mengambil sesuatu tetapi anak hiperaktif naik turun meja tanpa tujuan, ini dilakukan                 secara berulang-ulang.
7. Mudah marah dan frustasi jika anak tidak bisa atau belum selesai mengerjakan sesuatu. Bentuk           kemarahannya ditunjukkan dengan perilaku yang kadang sulit untuk dimengerti.
8. Sering melakukan kesalahan atau kecerobohan yang menimbulkan kecelakan-kecelakaan kecil.

    Berdasarkan beberapa karakterisitik di atas, maka jika di kelas ada anak hiperakif dapat dibayangkan kondisi kelas akan sangat gaduh dan tidak kondusif untuk pembelajaran. Sangat dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk menangani anak hiperaktif. Faktor lingkungan sekitar, peran orangtua/guru/pengasuh, dokter terapi, dan psikolog merupakan faktor penting dalam mendukung upaya penyembuhan anak hiperaktif atau setidaknya membantu mengurangi kebiasaan buruk dan pola tingkah laku aneh yang sering muncul.
       Sebuah tantangan sekaligus pengalaman sangat berharga bagi saya yang pernah memiliki murid terindikasi sebagai anak hiperaktif. Sebagai guru profesional kita seharusnya menerima apapun kondisi anak dengan penuh keikhlasan dan kesabaran karena semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak agar potensi yang dimiliki dapat berkembang optimal. Tak terkecuali dengan anak hiperaktif, mereka harus ditangani secara tepat agar tidak mengganggu proses belajar mengajar yang dapat merugikan diri anak itu sendiri maupun teman lainnya. Ada rasa puas ketika saya dapat kesempatan mendampingi anak hiperaktif selama dua tahun dan dapat membantu menyelesaikan persoalan yang timbul akibat dari perilaku hiperaktifannya itu. Terlebih lagi banyak pengalaman berharga yang saya dapatkan dan itu sangat berguna untuk menunjang dalam menjalankan amanah sebagai seorang guru. Melalui tulisan ini, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman dalam menangani anak hiperaktif khususnya ketika berada dikelas. 
        Namanya Alif, ketika masuk kelas A1 (kelas saya waktu itu) sudah berusia 4 tahun. Sebelumnya dia masuk kelas Kelompok Bermain (KB) selama 1 tahun dan di kelas Batita 2 tahun. Selama rentang masa 3 tahun tersebut perkembangan Alif dinilai dari berbagai aspek ternyata belum berkembang sesuai dengan harapan, jauh tertinggal dengan teman-temannya dalam satu kelas. Dia paling lambat bicara, berjalan dan kemampuan fisik motoriknya juga belum berkembang sesuai tahapan usianya. Mulai memasuki TK A perilaku Alif semakin nampak jelas terlihat sangat beda jauh dengan anak-anak lain di kelas A1. Beberapa karakterisitik anak hiperaktif seperti diatas sebagian besar ada pada diri Alif. Ketika pembelajaran berlangsung Alif belum bisa duduk tenang, ia selalu berpindah-pindah tempat kesana kemari sambil menyeret kursi yang dipakai untuk duduk sehingga teman-temannya merasa terganggu dengan perilakunya. Bahkan sering tiba-tiba Alif memukul temannya tanpa sebab. Apalagi jika Alif menginginkan mainan atau benda yang dibawa teman langsung merebutnya. Kemampuan bicaranya juga belum bagus, tidak terdengar jelas apa yang diucapkan dan sering berteriak teriak kegirangan. Ketika kegiatan sholat pun Alif hanya berlarian tidak tentu arah, bahkan sering menabrak temannya yang lagi sholat sampai terjatuh. Dari sisi kemandirian juga masih sangat kurang, Alif sangat tergantung dengan bantuan orang lain.  Di kelas masih sering ngompol di celana, belum bisa melepas baju dan celana, belum bisa menalikan sepatu, belum bisa membuka botol minum, menaruh tas miliknya tidak pada tempatnya, buang sampah masih sembarangan dan hal-hal kecil lainnya yang seharusnya sudah bisa dilakukan anak seusianya. Mungkin karena pola asuh dari orangtua maupun kakek neneknya yang terlalu memanjakan sehingga apapun menjadi sebuah ketergantungan dan menimbulkan kemalasan pada dirinya. Apa-apa yang menjadi keinginan Alif selalu dipenuhi, bahkan setiap pagi ketika akan masuk ruang kelaspun Alif tidak dibiarkan jalan sendiri tetapi masih digendong seperti waktu masih kelas KB. Saya sebagai guru pendamping bersama wali kelas waktu itu merasa kewalahan apalagi dalam satu kelas itu juga ada anak yang baru masuk dan punya perilaku temper tantrum yang juga sangat butuh pendampingan khusus. Mendapatkan amanah mendampingi dua anak “special” tersebut membuat saya tambah semangat untuk mencari informasi bagaimana cara penanganannya melalui buku-buku bacaan maupun konsultasi dengan psikolog. Setiap selesai sholat dhuha tak lupa saya sisipkan do’a buat mereka agar senantiasa diberi kemudahan untuk menjadi lebih baik. Selain do’a tentunya diperlukan juga sebuah upaya agar dalam mengelola kelas A1 bisa terkondisi dengan lebih baik.
Yang pertama kali kami lakukan adalah mengkomunikasikan kondisi Alif dengan orangtuanya. Ini tidak mudah karena orangtua Alif bersikukuh berpendapat kalau anaknya normal, tidak ada kelainan apapun. Ketika kami mengusulkan untuk diperiksakan ke dokter spesialis anak atau konsultasi ke psikolog pun mereka tidak merespon dan mengatakan bahwa kami selaku gurunyalah yang kurang perhatian pada Alif. Melihat ayah ibunya yang semuanya bekerja, justru bisa dipastikan merekalah yang kurang perhatian pada anaknya. Di luar jam sekolah, Alif diasuh oleh kakek neneknya karena ibunya bekerja pulang sampai jam 7 malam. Meskipun sikap orangtua Alif seperti itu, tidak mengurangi semangat kami dalam melakukan pendampingan sebaik mungkin.Yang menjadi titik fokus perbaikan kami waktu itu tentang kemandiriannya dulu, minimal bisa mengurus dirinya sendiri dimulai dari hal kecil seperti membuka botol minum, BAK/BAB sendiri, memakai sepatu, dan lain-lain. Awalnya agak susah karena Alif selama ini selalu dibantu, tetapi dengan memberikan reward/penghargaan berupa kata-kata “anak hebat” akhirnya Alif termotivasi untuk mencoba berusaha mandiri.
Semester satu telah terlewati dengan membawa banyak perubahan pada diri Alif khususnya tentang kemandiriannya. Dia sudah bisa memakai dan melepas sepatu sendiri, menaruh barang sesuai tempatnya, mau merapikan mainan selesai digunakan, dan ketika ingin pipis sudah mau ke toilet meskipun harus diantar guru. Untuk keaktifannya mengikuti pembelajaran masih terus didampingi secara khusus dan terus menerus diberi motivasi berupa kata-kata sanjungan sebagai “anak hebat”.
Awal semester dua sikap orangtua Alif belum berubah. Mereka masih terobsesi agar Alif di kelas A sudah bisa membaca dan menulis, padahal kemampuannya untuk bisa konsentrasi saja masih sangat kurang. Bahkan obsesi mereka diwujudkan dengan mendatangkan guru les baca tulis kerumahnya. Karena kesadaran orangtua Alif terhadap kondisi anaknya masih seperti itu akhirnya saya punya ide untuk merekam perilaku dan tingkah polah Alif pada saat kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan HP.
Pada saat laporan hasil belajar semester kedua (serah terima raport), orangtua Alif hanya mengkritisi kemampuan bacanya, tidak memberikan apresiasi sama sekali tentang kemandiriannya yang sudah mulai terlihat. Akhirnya rekaman yang ada di HP saya perlihatkan dan nampaknya mereka mulai menyadari bahwa Alif memang beda dengan teman-temannya. Dalam video itu terekam dengan jelas ketika pembelajaran teman-temannya bisa menyimak dengan tenang tetapi Alif berlari-lari tanpa henti. Ada juga rekaman yang menunjukkan ekspresinya ketika dikelas tampak malas-malasan tidak mau mengerjakan tugas dari guru sementara semua temannya asyik mengerjakan tugasnya. Ada juga rekaman ketika dia marah dan mengganggu temannya.
Usaha kami untuk menyadarkan orangtua Alif membuahkan hasil. Memasuki TK B komunikasi kami dengan orangtua Alif semakin membaik dan mereka mulai terbuka menerima masukan dan saran yang kami sampaikan. Dirumah pun Alif sudah tidak dipaksa ikut les membaca lagi, tetapi diberi pendamping seorang psikolog. 
      Di kelas B1 ada pergantian patner mengajar, kebetulan yang mendapat amanah mendampingi anak A1 naik ke kelas B1 adalah saya tetapi dengan wali kelas berbeda. Dari awal wali kelas B1 menyerahkan saya dalam hal pengelolaan kelas dengan alasan sayalah yang lebih tahu tentang perkembangan anak A1. Dengan jumlah anak dari A1 sebanyak 22 ditambah lagi ada 2 anak baru pindahan dari luar dan 2 anak yang tinggal kelas sehingga semua berjumlah 26 (18 laki-laki dan 8 anak perempuan), tentunya menjadi tantangan tersendiri untuk mengelola kelas agar kondusif. Apalagi ada 2 anak special (hiperaktif dan temper tantrum) dan 2 anak yang masih tinggal kelas termasuk anak yang superaktif menjadikan kami berpikir keras mencari cara agar semua anak dapat terlayani dengan baik. Khusus untuk Alif karena memasuki kelas B sudah lebih mandiri maka perbaikan diarahkan ke perilaku hiperaktifnya. 
        Ada beberapa perilaku yang menjadi titik fokus untuk dikurangi/dihilangkan dan perilaku yang akan dikembangkan. Dalam teknik penanganan, penulis mengaplikasikan pendapat berdasarkan Sugiarmin (2005) berikut ini.

1. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki.
        Contoh beberapa perbaikan yang kami lakukan: 
Ketika pembelajaran berlangsung, Alif diminta duduk didekat guru sehingga lebih mudah                   mengontrolnya. Ternyata ini membuahkan hasil, Alif bisa duduk sampai pembelajaran selesai             meskipun harus sering diingatkan ketika ia hendak pergi meninggalkan tempat. 
Mendampingi dalam mengerjakan tugas sampai selesai, ketika merasa bosan guru memotivasi             dan memberi semangat agar mau bekerja sampai tuntas.
Ketika kegiatan sholat belum bisa tenang (masih lari-lari) maka sholatnya harus diulang. Ini                 berlaku untuk semua anak dan sebelumnya sudah disepakati terlebih dahulu aturan tersebut.                Terbukti cara ini sangat efektif, di kelas B Alif mampu melakukan gerakan sholat dari awal                  sampai akhir meskipun matanya belum bisa fokus, masih tengak tengok kanan kiri. 
Memberi kesempatan sesering mungkin pada Alif untuk menjadi imam sholat dan diberi tugas             memimpin cuci tangan. Ini dilakukan agar kepercayaan dirinya tumbuh.
Mendengarkan cerita yang dilaminya dan memberikan umpan balik pada cerita yang                           disampaikan sehingga ketika ada masalah mampu diajak komunikasi mencari solusinya.

2. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki.
       Perilaku positif tentunya harus dipertahankan dan dikembangkan untuk menjadi lebih baik. Maka perlu penguatan berupa kata-kata pujian maupun bentuk benda/hadiah. Ada beberapa upaya yang kami lakukan, yaitu:
a. Semua anak B1 waktu itu saya buatkan buku dari lembaran kertas HVS dengan cover foto                   masing-masing anak, diatas foto diberi judul “Aku Anak Hebat”. Buku itu digunakan sebagai             tempat menempel bintang yang terbuat dari kertas warna warni sebagai hadiah jika anak-anak             melakukan perilaku positif. Anak-anak semua bangga dengan buku tersebut, mereka sering                 menghitung berapa jumlah bintang yang didapat.
b. Untuk melatih keterampilan sosialnya, kelas B1 dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing              kelompok dipilih satu anak sebagai ketua yang bertugas memimpin anggotanya melaksanakan            tugas dari guru. Ketua kelompok tiap hari bergantian sehingga semua anak merasakan pernah              memimpin. Alif sengaja dicarikan kelompok yang didalamnya ada anak-anak yang sering mengejek    dan mengganggunya. Sebelumnya guru memberi pengarahan agar semua anggota kelompok                menghargai ketua kelompoknya. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk membersihkan kelas   secara bergantian. Pada saat kegiatan pembelajaran, setiap ketua kelompok diberi tugas untuk             mengumpulkan hasil karya anggota kelompoknya. Apabila ada teman satu kelompok yang belum       bisa maka guru menyarankan untuk anak yang sudah bisa membantu temannya yang belum bisa.         Dengan metode kerja sama kelompok seperti ini menjadikan Alif lebih terampil bersosialisasi            dengan orang lain. Sejak duduk di kelas B, Alif sering dibawakan yakult dari rumah untuk    dibagikan ke semua temannya sehingga semakin memperkuat kepercayaan dirinya dan jiwa          sosialnya juga makin berkembang. Karena kemampuan bicaranya juga sudah meningkat, Alif sudah  bisa mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya, mau minta maaf apabila melakukan kesalahan  dan yang lebih hebat lagi ia sangat cepat mengenal flashcards (kartu bergambar yang ada kosa kata)  yang diperlihatkan guru. Ia hafal semua nama teman-temannya dalam satu kelas. 
Akhir semester 2 di kelas B berakhir, usia Alif saat itu masih 6 tahun tetapi orangtuanya bersikukuh untuk memasukkannya ke SD. Padahal kalau mau bersabar satu tahun lagi di TK pasti akan lebih baik lagi perkembangannya. Kami selaku guru sudah berusaha semaksimal mungkin mendampinginya dan hanya bisa mendo’akan semoga Alif kelak menjadi orang yang sholih, bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. aamiin

  

Feature Perjalanan


SEPENGGAL CERITA DARI PULAU LOMBOK

25 Desember 2017 @trismiati



Merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya dapat berkunjung ke pulau Lombok dalam rangka Musyawarah Nasional (MUNAS) 4 JSIT Indonesia pada tanggal 27 – 30 Juli 2017 lalu. Berbekal restu dari suami dan juga bapak ketua Yayasan Kholid Bin Walid meskipun hanya sendirian tidak menyurutkan semangat untuk berburu ilmu dan pengalaman demi kemajuan lembaga PAUD IT Ar Raihan Piyungan ke depan. Sempat terbesit rasa ragu mengikuti acara ini karena dalam waktu yang bersamaan harus menyelesaikan amanah menyiapkan borang akreditasi TPA. Tetapi berkat usaha dan kerja sama teman-teman tim akreditasi TPA akhirnya borang akreditasi  dapat selesai tepat waktu dan saya pun dengan perasaan lega meneruskan langkah melakukan pendaftaran secara on line ke panitia MUNAS.

Bersama teman-teman dari Yayasan Ar Raihan Bantul yang berjumlah 6 orang perjalanan ke lokasi MUNAS sangat menyenangkan dan terasa sekali ukhuwahnya. Saya sangat bersyukur bisa bergabung dengan mereka. Meski keberangkatan tertunda sekitar satu jam tetapi Alhamdulillah perjalanan lancar sampai tujuan.  Pesawat mendarat di bandara Lombok sekitar pukul 22.00 WITA. Begitu turun kami disambut beberapa panitia  dan dengan senyum ramah mereka mengalungkan selendang songket khas Lombok. Merekapun sudah menyiapkan mobil untuk melanjutkan perjalanan ke lokasi MUNAS. Karena perjalanan dari bandara menuju lokasi MUNAS yaitu Hotel Lombok Raya masih harus ditempuh sekitar 2 jam lagi maka dapat dipastikan kami tidak bisa mengikuti acara seremonial penyambutan yang akan dihadiri oleh walikota Mataram. Menggunakan 2 buah mobil jemputan perjalananpun dilanjutkan. Ditengah perjalanan malam itu kami sempatkan mampir disebuah restoran untuk makan malam karena rasa lapar sudah tak bisa ditahan. Restoran tersebut menyediakan menu khas Lombok yaitu ayam taliwang dengan sambalnya yang super pedas. Ini pengalaman pertama kami menikmati ayam taliwang yang harganya untuk ukuran orang Jogja cukup mahal yaitu Rp 45.000 per porsi. Akhirnya sekitar jam 12.00 WITA kami sampai di Hotel Lombok Raya. Setelah melakukan registrasi ulang  dan chek in kamar hotel akhirnya kami bisa istirahat dengan nyenyak malam itu.

Agenda kegiatan pada hari Jum’at, 28 Juli 2017 yaitu pembukaan MUNAS  dihadiri sekitar 1.500 peserta terdiri dari 65 pengurus JSIT pusat, 150 panitia lokal JSIT NTB, 1.300 peserta terdaftar resmi terdiri dari para kepala sekolah SIT beserta pengurus yayasan dari Aceh sampai Papua serta 800 peserta pendukung event lomba, seminar dan bazar. Selain diisi beberapa sambutan dari ketua panitia MUNAS, ketua JSIT Indonesia serta  Wakil Gubernur NTB  juga disampaikan penghargaan bagi para juara lomba PTK Terpadu Guru SIT dan penyerahan sertifikat Lisensi SIT kepada 3 lembaga. Acara ini juga dimeriahkan dengan beberapa penampilan atraksi siswa siswi SIT setempat mulai dari jenjang TK sampai SMP. Acarapun diakhiri dengan Keynote Speaker dari  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan tema “Kebijakan Pendidikan Indonesia Dalam Mewujudkan Generasi Emas 2045”


Setelah acara pembukaan selesai dilanjutkan istirahat dan sholat Jum’at. Kegiatan dimulai lagi pada pukul 13.30 sampai 18.00 WITA berupa seminar pendidikan Internasional dengan beberapa tema :

1. Implementasi Pendidikan Berbasis Religius dan Berwawasan Global di Sekolah Islam Terpadu           oleh DR Sukro Muhab, M.Si (Ketua JSIT Indonesia)
2. Tantangan Pendidikan Indonesia dalam Menyiapkan Sumber Daya Manusia Kreatif, Inovatif dan       Berdayasaing Global oleh Anies Baswedan, Ph.D (Ketua Yayasan Indonesia Mengajar)
3. Pendidikan Berbasis Islam oleh Prof.Dr. Ismail Luthfi Chapakiya,MA (Rektor Yala Islamic                 University Thailand.
4. Menggagas Model Sekolah Islam Internasional Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani oleh Prof     DR Khodori (Ketua Majelis Persatuan Pendidikan Islam Malaysia)
5. Principle Of Attaqwa Islamic College Australia oleh Omar Halak,Med
    Selesai seminar dilanjutkan ishoma dan pada pukul 20.00 s/d 22.00 WITA para pengurus pusat           JSIT Indonesia melakukan Sidang Pleno I membahas Tata Tertib persidangan, Agenda Sidang dan     pemilihan Pimpinan Sidang dilanjutkan Sidang Pleno II tentang LPJ Pengurus JSIT periode 2013-     2017. 

Sementara di ruang lain diadakan acara Talkshow Pemberdayaan Lembaga SIT dengan narasumber Dr H Fahmy Alaydroes,MM,M.Ed (Ketua Dewan Pembina JSIT Indonesia dan Dr Wiranto (Pembina Yayasan Nurhidayah Solo). Nampak dalam acara ini para peserta antusias sharing tentang permasalahan yang dihadapi lembaganya masing-masing. Para narasumberpun dalam memberikan solusi sangat menginspirasi dan mudah di implementasikan.

Agenda hari Sabtu, 29 Juli 2017 yaitu Sidang Komisi, Sidang Pleno III tentang Pembahasan Hasil siding Komisi dan Sidang Pleno IV tentang Pembentukan Tim Formatur, Pemilihan Ketua JSIT Indonesia dan Pembacaan Hasil Sidang. Sementara ada beberapa acara pendukung yang bisa diikuti oleh peserta MUNAS yaitu :

1. Dialog Kebangsaan tema “Membangun Bangsa Yang Berkarakter dan Beradab Dengan 4 Pilar           Sebagai Landasan oleh Dr H M Hidayat Nurwahid,MA (Wakil Ketua MPR RI) dan DR H                   Zulkiflimansyah (Anggota DPR RI)
2. Parenting tema “Sinergi Sekolah & Orangtua Dalam Membangun Generasi Emas” oleh Dra Hj.           Wirianingsih,M.Si (Dewan Pembina RKI) dan Dedy Martoni, M.Si (Dewan Pembina JSIT)
3. Talkshow tema “Best Practices Kepemimpinan Sekolah di SIT” oleh Drs Muhammad Zahri,M.Pd       (Kepala Al Hikmah) dan Ahmad Sukarya, M.Pd (YPPU Nurul Fikri)
4. Talkshow tema “Pembinaan Karakter Generasi Muda Melalui Gerakan Pramuka” oleh Dr. H               Adhiaksa Dault, M.Si dan Prof Dr Budi Prayitno (KWARDA Jawa Tengah)

Ditengah padatnya acara kami sempatkan  mengunjungi masjid Islamic Center sekalian sholat subuh disana. Masjid ini merupakan salah satu ikon dari Nusa Tenggara Barat.Lokasinya terletak ditengah kota dan terlihat sangat luas serta megah bangunannya sehingga semakin mengukuhkan Nusa Tenggara Barat sebagai kota seribu masjid. Apalagi bila dilihat pada malam hari akan nampak semakin gagah, menawan dan mampu memancarkan keagungan dan kebesarannya sebagai tempat ibadah kebanggaan umat Islam di NTB. Sayang sekali kami tidak bisa mengambil gambar secara menyeluruh dikarenakan begitu luasnya bangunan masjid tersebut.


Pada pukul 16.00 WITA acara Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus JSIT Indonesia periode 2017-2021 , Syukuran MILAD JSIT ke 14 dilanjutkan Penutupan MUNAS IV JSIT Indonesia. Dan malamnya diadakan Konser Amal Kemanusiaan Dan Pendidikan bersama WALI Band, Opick dan Izzatul Islam. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama dengan QU PRO. Dari konser tersebut terkumpul dana sebesar Rp 2.171.944.000 dan semua akan disalurkan untuk perjuangan Palestina. Para peserta MUNAS mendapat apresiasi dari vokalis WALI Band karena ketertiban dan antusiasnya menyumbangkan sebagian harta untuk saudara muslim Palestina. Ini merupakan konser pertama bagi WALI Band dengan penonton antara laki-laki dan wanita dipisah dengan posisi semua duduk dengan tertib.

Pada hari Ahad 30 Juli 2017 diadakan kegiatan Senam, Jalan Sehat dan Tour Wisata Halal. Ada 3 paket wisata yang ditawarkan panitia untuk sekedar refreezing melepas penat setelah disibukkan dengan padatnya acara MUNAS. Tetapi kami lebih memilih melakukan tour sendiri dengan memanfaatkan jasa travel agar lebih leluasa dalam menikmati indahnya gili di sekitar pulau Lombok. Ada dua gili yang kami kunjungi yaitu gili Air dan gili Meno. Kami menyewa sebuah boat dan kapal kecil untuk mencapai ke dua tempat tersebut. Disana kami mencoba aktifitas snorkeling melihat keindahan alam dasar laut.



Setelah puas menikmati indahnya pantai dan dua gili yang ada di Lombok, sorenya saya menyempatkan diri silaturahmi ke rumah saudara sepupu yang sudah 19 tahun tinggal di Lombok sementara teman-teman Ar Raihan Bantul meneruskan perjalanan wisata mengunjungi Desa Sasak yang merupakan suku asli Lombok. Malam Senin saya menginap di rumah saudara dan sempat diajak putar-putar menikmati suasana malam kota Mataram. Saudara saya menyarankan untuk seminggu lagi tinggal di Lombok dan siap mengantarkan jika ingin berpetualang menikmati indahnya puncak gunung Rinjani. Sebenarnya masih pengin menikmati eksotisme alam pulau Lombok, tapi apa daya tugas dan amanah lain sudah menunggu didepan mata. Pertemuan yang singkat ini menghadirkan berjuta rasa karena sudah lama kami tidak bertemu dan baru kali ini bisa menyempatkan diri silaturahmi.




Hari Senin di pagi buta sekitar pukul 03.30 WITA saya melakukan perjalanan ke bandara dengan diantar saudara.Alhamdulillah dipertemukan kembali dengan teman-teman dari Yayasan Ar Raihan Bantul dalam kondisi sehat wal afiat. Akhirnya kami pulang ke Yogyakarta dengan membawa semangat dan harapan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat selama MUNAS . Semoga Allah SWT memberikan kebarokahan pada JSIT Indonesia..aamiin..













Penelitian Tindakan Kelas


UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BERMAIN PLASTISIN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Oleh: Trismiati
NIM.825606441

ABSTRAK


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas anak dalam bermain plastisin melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelompok B1 TKIT Ar Raihan Piyungan, Gampingan Monggang Sitimulyo Piyungan Bantul.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian yaitu anak kelompok B1 TKIT Ar Raihan Piyungan yang berjumlah 22 anak. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan melakukan tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi di setiap siklusnya. Pada tahap pengamatan tindakan dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung oleh peneliti dan teman sejawat. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan, catatan lapangan, dan dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Kriteria keberhasilan tindakan yaitu dengan meningkatnya kreativitas anak dalam pembelajaran bermain plastisin melalui pendekatan CTL yang dapat dilihat dari skor kreativitas anak dan respon anak dalam mengikuti proses pembelajaran serta hasil karya yang dihasilkan berkembang dan variatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Melalui pendekatan CTL dengan media plastisin kreativitas anak dapat meningkat dengan baik dari sebelum dilakukan tindakan hingga setelah dilakukan tindakan. Peningkatan kreativitas ini diukur dengan menggunakan skor yang ditinjau dari segi orisinalitas, bentuk, dan warna. Pada kondisi pra siklus skor keseluruhan aspek kreativitas sebesar 11,72 atau dalam prosentase sebesar 48,83% dan pada akhir siklus II skor keseluruhan aspek kreativitas anak sebesar 20,43 atau sebesar 85,13%. Melalui pengukuran tersebut, kreativitas anak mengalami peningkatan sejumlah 8,71 atau sebesar 36,29%. (2) Hasil karya anak selama pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus mengalami peningkatan yang cukup berarti, peningkatan tersebut terlihat dari segi orisinalitas serta hasil karya yang memiliki keragaman warna dan bentuk.

Kata kunci: Kreativitas, Plastisin, Contextual Teaching and Learning


Artikel Aksi Nyata Modul 3.3

  AKSI NYATA MODUL 3 Alhamdulillah dalam modul 3 ini saya sudah melakukan 3 aksi nyata sesuai dengan sub materi yang ada di LMS, meliputi : ...

Popular Posts