Tanamkan Pendidikan Akhlak Sejak Usia Dini

Kabar meninggalnya guru Budi akibat dianiaya oleh salah satu siswanya sendiri membuat dunia pendidikan kita terluka. 

Peristiwa ini menjadi gambaran dari sebuah kegagalan dalam menanamkan pendidikan akhlak pada diri pelaku. Harusnya ini menjadi evaluasi bagi orangtua dan para guru agar pendidikan akhlak benar-benar ditanamkan pada diri anak. 

Akhlak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:20) dapat diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. 

Kata akhlak merupakan serapan yang berasal dari Bahasa Arab, yaitu al-khuluqu yang dapat diterjemahkan sebagai perangai dan tabiat.

Secara sederhana akhlak dapat dipahami sebagai sebuah perilaku atau sikap perbuatan yang dimiliki oleh seseorang. 

Perilaku itu sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu perilaku baik (akhlaqul karimah) dan perilaku tercela (akhlaqul mazmumah).

Peristiwa meninggalnya guru Budi tersebut merupakan salah satu contoh dari perilaku tercela atau akhlaqul mazmumah yang ada pada diri pelaku. 

Sebuah kenyataan saat ini bahwa kondisi akhlak terutama di kalangan anak didik (pelajar) telah jauh melenceng dari nilai-nilai Islam. 

Kita sering menyaksikan fenomena kerusakan akhlak yang "dipamerkan" mereka seperti aksi tawuran, klithih, balapan liar, narkoba bahkan pergaulan bebas. 

Tidak hanya itu, adab dan sopan santun mereka baik kepada orangtuanya maupun guru di sekolah pun sudah mulai luntur dan pudar.

Banyak faktor penyebab dari kerusakan akhlak tersebut, di antaranya: kurangnya kontrol orangtua, pengaruh media terutama televisi yang tiap hari menyajikan tontonan "tidak sehat" bagi anak, pengaruh lingkungan pergaulan maupun faktor arus informasi tanpa batas dari internet.

Menyikapi berbagai macam kerusakan akhlak tersebut, hal yang harus diupayakan menurut pandangan penulis adalah menanamkan pendidikan akhlak pada diri anak mulai sejak usia dini sehingga ketika menginjak dewasa akan menjadi manusia bermoral dan bernilai segala perilakunya. 


"Pendidikan akhlak adalah tanggung jawab kita bersama"

Pendidikan akhlak yang paling efektif di mulai dari lingkungan keluarga terutama ke dua orangtuanya. Bagaimana caranya? Insya Allah akan penulis sampaikan pada artikel selanjutnya. @trismiati







3 komentar:

  1. Iya sepakat dengan bu Tris. Sangat sedih rasanya, apa yg salah dg dunia pendidikan saat ini ya? Kenapa fenomena-fenomena yg terjadi seolah-olah sy pribadi sbg guru merasa gagal. Sy bisa mengajarkan matematika, tp merasa gagal mendidik. Semoga menjadi bahan introspeksi buat kita sebagai ortu, guru, dan sekaligus masyarakat.

    BalasHapus
  2. Iya sepakat dengan bu Tris. Sangat sedih rasanya, apa yg salah dg dunia pendidikan saat ini ya? Kenapa fenomena-fenomena yg terjadi seolah-olah sy pribadi sbg guru merasa gagal. Sy bisa mengajarkan matematika, tp merasa gagal mendidik. Semoga menjadi bahan introspeksi buat kita sebagai ortu, guru, dan sekaligus masyarakat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bun..skolah itu sebenarnya hny sbg mitra..pendidikan paling utama & pertama ada di keluarga terutama kedua ortunya..perlu kerja sama yg sinergis antara ortu,guru,masyarakat serta pemerintah selaku penentu kebijakan..tetap semangat bun..lakukan apa yg qt mampu utk menyiapkan generasi yg berkarakter baik.

      Hapus

Manfaat Kegiatan Eksplorasi Alam

Ketika anak berada pada masa emas (0 - 5 tahun), otak anak mengalami perkembangan yang sangat dahsyat yaitu sekitar 80 %. Pada masa sensitif...

Popular Posts