Artikel Aksi Nyata Modul 3.3

 

AKSI NYATA MODUL 3

Alhamdulillah dalam modul 3 ini saya sudah melakukan 3 aksi nyata sesuai dengan sub materi yang ada di LMS, meliputi :

1. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

2. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.

3. Pengelolaan program berdampak pada murid.

Berikut ulasan dari ke 3 aksi nyata yang telah saya lakukan.

 

#Aksi Nyata Materi 3.1 : Kegiatan Home Visit

Pada aksi nyata materi modul 3.1 ini saya mempraktikan pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika yang saya alami di sekolah pada masa pandemi dengan menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dilema etika dan 9 langkah pegambilan keputusan dan pengujian.

Pada masa pandemi ini, anak usia dini menjadi salah satu kelompok yang merasakan dampak covid-19 yang cukup besar. Sistem pembelajaran jarak jauh atau daring menimbulkan berbagai macam masalah, salah satunya yaitu kurang maksimal dalam pencapaian Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak. Pembelajaran melalui media zoom maupun google meet bagi anak usia dini khususnya jenjang Taman Kanak-kanak sangat tidak efektif dan memberatkan bagi orang tua yang semuanya bekerja. Anak tidak mendapatkan pengalaman bermain yang menyenangkan dan bermakna. Anak di rumah merasa bosan dan malas belajar. Orangtua pun juga merasa kesulitan dalam mendampingi anak-anak belajar di rumah.

Dalam situasi seperti ini, saya sebagai guru dihadapkan pada situasi dilema etika berupa rasa keadilan lawan rasa kasihan. Guru terikat dengan aturan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan system daring, di sisi lain kita merasa kasihan pada siswa karena aspek perkembangannya menjadi terhambat justru pada masa usia emasnya.

Maka dari itu saya mengadakan kegiatan Aksi Nyata berupa kegiatan Home Visit atau kunjungan ke rumah siswa. Saya melakukan kegiatan ini karena dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa dan bertemu langsung dengan siswa beserta orangtuanya, maka akan terjadi saling komunikasi, berbagi pengalaman dalam melakukan pendampingan belajar anak, informasi perkembangan siswa, serta mencari solusi terhadap kendala yang dihadapi siswa maupun orang tua selama pembelajaran daring.

Hasil dari kegiatan Home Visit ini diantaranya yaitu anak-anak menjadi semangat mengerjakan tugas-tugas belajar selama BDR dan informasi tentang aspek perkembangan siswa yang sudah dan belum dicapai sehingga lebih mudah memetakan kebutuhan belajar masing-masing siswa.




#Aksi Nyata Materi 3.2 : Kegiatan Out Bound

Pada aksi nyata materi modul 3.2 ini saya mempraktikan pengeloaan sumber daya atau asset yang dimiliki sekolah untuk kegiatan pembelajaran yang berdampak pada murid. Salah satunya adalah asset lingkungan / alam  berupa halaman sekolah yang luas, sejuk, dan rindang.

Jika dikaitkan dengan kondisi jaman saat ini, dimana siswa harus memiliki 4 keterampilan abad 21 maka guru seharusnya merancang kegiatan yang bisa membekali siswa memiliki 4 ketampilan tersebut yaitu berpikir kreatif, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi. Keterampilan tersebut sulit dikuasai siswa jika system pembelajaran masih model daring. Siswa butuh disediakan sebuah pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, maka saya bersama kepala sekolah dan rekan sejawat sepakat merencanakan kegiatan Out Bound dengan memanfaatkan halaman sekolah yang cukup luas. Out Bound ini juga sebagai kegiatan penguatan materi tema Air, Udara, Api sehingga kami malakukan kerjasama dengan Tim Pemadam Kebakaran Kabupaten Bantul.

Hasil dari aksi nyata kegiatan out bound ini adalah anak-anak memiliki pengalaman langsung tentang fungsi air dan bahaya api, praktek berkomunikasi baik dengan teman maupun orang lain dalam hal ini dengan bapak-bapak tim DAMKAR, serta praktek bekerjasama dalam setiap permainan yang disediakan.

 




#Aksi Nyata Materi 3.3 : Kegiatan Tarhib Ramadhan

Pada aksi nyata materi modul 3.3 ini saya mempraktikan pengeloaan program berdampak pada murid. Salah satu keterampilan siswa yang masih harus ditingkatkan yaitu komunikasi dengan warga masyarakat. Akibat dari pandemi, anak-anak sangat terbatas berinteraksi social di tengah masyarakat. Hal ini berdampak pada penguasaan berbahasa dan berkomunikasi sangat lemah.

Untuk mengatasi masalah tersebut, saya melakukan aksi nyata berupa kegiatan Tarhib Ramadhan dengan melakukan pawai keliling kampung dekat sekolah sambil membagi jadwal imsyakiyah ke warga masyarakat. Kegiatan ini kami pilih karena selain biaya rendah, juga memberikan pengalaman berinteraksi social bersama warga masyarakat sekitar sekolah.

Sebelum kegiatan pawai dimulai, sehari sebelumnya anak-anak diajak membuat hiasan mahkota sesuai dengan hiasan yang disukai anak. Ini merupakan salah satu bentuk implementasi dari memperhatikan suara, pilihan, dan kepemilikan siswa terhadap pembelajaran mereka.




 Saya merasa senang dan bersyukur sudah melakukan kegiatan aksi nyata di atas. Dengan bekal materi dalam modul 3 ini, saya menjadi paham bahwa semua sumber daya yang sudah dimiliki sekolah harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada murid.

 

Banyak pengalaman dan pembelajaran yang berharga dari pelaksaan 3 aksi nyata tersebut, diantaranya adalah :

1. Pentingnya komunikasi dan kolaborasi dari siswa, kepala sekolah, rekan guru, orang tua siswa, maupun pihak luar sebagai mitra dalam mendukung program sekolah.

2. Bahwa kegiatan berdampak pada murid tidak harus berbiaya mahal, dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sekolah pun mampu menghasilkan program kegiatan yang berpusat pada murid.

3. Kegiatan-kegiatan diatas masih belum maksimal dalam mencapai tujuan, harus ada tindak lanjut dengan kegiatan-kegiatan lain sehingga murid memiliki lebih banyak pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna.

 

Untuk rencana perbaikan ke depan, setiap kegiatan akan diadakan monitoring dan evaluasi agar ketika mengadakan kegiatan serupa mampu meminimalkan resiko yang terjadi. Perlu juga diadakan breafing 1 jam sebelum waktu pelaksanaan untuk mengetahui kesiapan panitia pelaksana dan melengkapi hal-hal yang masih kurang.

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF



      Untuk membangun budaya positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.

Berdasarkan filosofi pemikiran Ki Hajdar Dewantara, bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Dalam proses menuntun, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

Upaya membangun budaya positif di sekolah, guru harus bekerjasama dengan kepala sekolah dan orang tua. Kepala sekolah harus memastikan para guru mendapatkan dukungan penuh dari orang tua dalam membentuk budaya positif.

Budaya positif sekolah berisi keyakinan-keyakinan yang sudah disepakati bersama dalam waktu yang lama. Jika kebiasaan-kebiasaan positif sudah membudaya, maka nilai-nilai karakter yang diharapkan akan terbentuk pada diri anak.

Dalam aksi nyata kali ini, saya selaku calon guru penggerak telah berusaha menumbuhkan budaya positif pada diri anak. Kegiatan tersebut saya tuangkan dalam sebuah video. Selamat menyimak.

link youtube : https://www.youtube.com/watch?v=qbj_-EUxOg0




                                       













Koneksi Antar Materi_Kesimpulan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Koneksi Antar Materi _Kesimpulan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara
gambar pixabay

1) Koneksi Antar Materi

    Ki Hadjar  Dewantara yang lebih dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia merupakan tokoh pemikir hebat. Beliau telah meletakkan beberapa konsep dasar pendidikan yang dipakai sebagai acuan guru untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan kemerdekaan dalam belajar.

    Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Ada 2 hal yang harus diperhatikan dalam pendidikan anak, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. 

    Sebagai pendidik, kita harus memberikan suri tauladan yang baik agar anak tumbuh menjadi pribadi berkarakter. Dalam menghadapi zaman abad 21, anak pun harus dibekali keterampilan abad 21 agar bisa survive yaitu berpikir kritis, kreatif,inovasi dan mampu berkolaborasi. Dalam konteks bernegara, pendidik harus mewujudkan profil pelajar Pancasila yaitu perwujudan pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama : beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, berkebinekaan tunggal, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Pendidikan harus berfokus pada murid dan pendidik harus menjalankan semua tugas mendidik bersandarkan pada Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Maadya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani yang artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberi dorongan.

2) Kesimpulan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Setelah saya mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, ada beberapa hal penting yang dapat saya jadikan bekal menjadi calon guru penggerak yang akan mewujudkan merdeka belajar.

a. Yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1 yaitu bahwa anak usia dini bagaikan tanah liat yang mudah sekali dibentuk sesuai keinginan kita. Mereka merupakan pribadi unik dan punya sifat imitatif atau mudah meniru perilaku orang-orang disekitar lingkungannya. Pembelajaran adalah proses mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik melalui kegiatan bermain. Tetapi dalam menyiapkan media bermain kadang hanya satu macam jenis sehingga sering tidak sesuai dengan sebagian anak yang punya gaya belajar berbeda.

Selain itu, media pembelajaran lebih banyak berupa LK atau Lembar Kegiatan yang kurang menumbuhkan sikap berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, dan kolaboratif.

b. Yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul 1.1 adalah dalam menyiapkan media bermain disesuaikan dengan gaya belajar anak sehingga media bermain pun harus dibuat beragam. Meminimalkan LK dan lebih sering bermain proyek, main peran, maupun kegiatan sains sederhana.

c.Yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD yaitu :

    # Sebagai pendidik harus mampu menjadi tauladan

    # Menyiapkan media belajar / bermain yang beragam dan menarik

    # Melakukan kolaborasi dengan orang tua dalam proses pembelajaran

Demikian hasil refkeksi saya tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara, semoga kita selaku pendidik diberi kemudahan dalam mengimplementasikannya.aamiin







 

 

Asyiknya Belajar di Jogja Exotarium


Kegiatan puncak tema binatang kali ini, anak-anak kita ajak ke lokasi taman edukasi mini zoo Jogja Exotarium yang berada di jalan Magelang Km. 8 Mulungan Kulon, Sendangadi Mlati Sleman.

Tujuan kegiatan ini yaitu agar anak mengenal lebih dekat tentang beberapa macam binatang dan meningkatkan wawasan anak di lingkungan luar sekolah.

Di tempat ini anak-anak dapat mengenal lebih dekat beberapa macam binatang seperti kuda, kelinci, ikan, kura-kura, musang, burung, ayam, domba dan aneka reptil.

Anak-anak juga mendapat kesempatan untuk bercengkrama dan memberi makan binatang-binatang tersebut yang tentunya selalu didampingi oleh petugas jaga. Mereka nampak ramah dan sabar melayani keinginan anak-anak dan selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas.

Seperti apa kegiatannya ? Yuk kita tonton videonya di sini : https://www.youtube.com/watch?v=17BkSpc3jl4


Belajar di Bumi Merapi

Mengenalkan lingkungan luar sekolah bagi anak sangat bermanfaat. 

Selain dapat menambah pengetahuan, anak juga kaya akan pengalaman. 

Banyak hal baru yang dapat ditemukan sehingga mampu menumbuhkan rasa ingin tahu pada diri anak.

Salah satu lolasi yang dapat dipakai sebagai kegiatan program pengenalan lingkungan adalah Bumi Merapi.

Area seluas 6 hektar ini berada di jalan Kaliurang km 20 Sleman Yogyakarta.

Di lokasi ini banyak area yang dapat dimanfaatkan sebagai media belajar anak.

Pokoknya asyik dech, anak-anak pasti suka. Kapan-kapan ayah bunda bisa mengajak ananda ke lokasi wisata edukasi ini.

Di sana ada area binatang seperti kuda, kelinci, kambing, merpati, reptil, kijang, dan sebagainya.

Di area binatang ini anak-anak dapat berinteraksi langsung dengan memberi mereka makanan.

Ada lagi area tanaman baik dengan media tanam tanah maupun hidroponik.

Pengin tau seperti apa kondisi di sana? Yuk lihat foto-foto di bawah ini.

Memerah susu kambing etawa
Memberi makan kelinci
Bermain dengan ular
Memberi makan kambing
Berinteraksi dengan kuda
Bercengkerama dengan merpati
Di area hidroponik








Menumbuhkan Minat Belajar Anak

Anak-anak sering merasa bosan mengikuti aktifitas kegiatan belajar di sekolah yang monoton, tidak kreatif, dan terkesan hanya itu-itu aja kegiatannya.

Rasa bosan pada anak bisa diamati dari perilakunya ketika guru mengajar. 

Ada yang asyik ngobrol dengan temannya, lari ke sana ke mari, bikin ribut, pokoknya gak fokuslah dengan apa yang disampaikan guru.

Ini sebuah tantangan bagi guru, jika tidak ada upaya perbaikan akan membuat anak merasa jenuh dan malas pergi sekolah.

Maka sangat penting bagi guru maupun orang tua untuk menumbuhkan minat belajar pada anak entah itu ketika di rumah maupun sekolah.

Khusus di sekolah, guru harus kreatif menyiapkan kegiatan dan media belajar yang menarik bagi anak. 

Agar pembelajarannya lebih bermakna, libatkan anak secara aktif dalam setiap proses kegiatan.

Salah satu kegiatan untuk mengenalkan anak pada sebuah profesi atau pekerjaan yang dilakukan orang dewasa yaitu jumpa tokoh dengan menghadirkan seorang pengusaha kue. 

Kegiatan ini sangat menarik bagi anak. Mereka dikenalkan dengan seorang pengusaha kue dan diberi penjelasan seputar profesi tersebut. 

Selain itu anak-anak juga diajak praktek caranya membuat kue mulai dari membuat adonan, membentuk, menghias sampai memanggang dalam oven.

Dari kegiatan tersebut, anak-anak tidak hanya kenal dengan pribadi tokoh tetapi dikenalkan juga aktifitas yang dilakukan sehubungan dengan profesinya.

Anak juga mendapatkan pengalaman berharga praktek membuat kue dan menikmati hasil karya buatannya. Hal ini dapat menubuhkan rasa percaya dirinya.

Semoga kegiatan ini mampu memotivasi anak untuk selalu semangat dalam setiap kegiatan pembelajaran dan dapat menumbuhkan jiwa wirausaha pada diri mereka. @trismiati


















Menanamkan Benih Karakter Melalui Jambore Anak Sholeh

Anak-anak sangat penting mendapatkan pendidikan karakter agar menjadi pribadi yang baik sebagai bekal mereka ketika telah memasuki dunia kerja.

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang bermoral, cerdas, inovatif, suka bekerja keras, optimis, percaya diri, dan berjiwa patriot.

Salah satu bentuk kegiatan dalam rangka melaksanakan pendidikan karakter yaitu melaui jambore anak sholeh. 

Kegiatan yang dimotori oleh Forum Komunikasi Ustadz Ustadzah TPA Desa Wirokerten ini mampu menghadirkan suasana yang kental akan penanaman nilai karakter seperti religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat, menghargai prestasi, peduli lingkungan, tanggung jawab, serta cinta tanah air.

Kegiatan ini diikuti sekitar 230 anak-anak mulai dari usia TK sampai SMP yang terbagi ke dalam 23 kelompok atau khafilah dari unit TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an) di Desa Wirokerten Kecamatan Banguntapan Bantul DIY.

Ada beberapa macam kegiatan dalam jambore anak sholeh yang baru pertama kali ini dilaksanakan yaitu perlombaan (tartil, tahfidz, khot Al Fatihah, sholat), tadabur alam, kreatifitas seni, dan beberapa macam permainan (game).

Selama dua hari peserta dimotivasi agar melaksanakan nilai-nilai ajaran Islam yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan pembelajaran di TPA mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.

Jiwa spiritual mereka pun ditumbuhkan melalui sholat wajib berjama'ah maupun sholat sunah (qiyamul lail dan sholat syuruk).

Tak ketinggalan juga menghadirkan Kak Aris yang dengan piawainya mendongeng dan bercerita seputar karakter anak Islam.

Semoga kegiatan tersebut bermanfaat bagi peserta sehingga termotivasi menjadi pribadi yang berkarakter atau berakhlak mulia.aamiin YRA@trismiati

Tanggung Jawab dan Peduli Lingkungan 
Mengasah Kreatifitas
Semangat Belajar
Menjalin Persahabatan
Menumbuhkan Sikap Percaya Diri
Menanamkan Rasa Cinta Tanah Air
Kebersamaan
Melatih Kekuatan Fisik Motorik
Sarana Melatih Kemandirian

Artikel Aksi Nyata Modul 3.3

  AKSI NYATA MODUL 3 Alhamdulillah dalam modul 3 ini saya sudah melakukan 3 aksi nyata sesuai dengan sub materi yang ada di LMS, meliputi : ...

Popular Posts